Darurat sampah masih terjadi di Kota Bandung sampai akhir tahun 2023. Masalah besar ini harus cepat dirampungkan baik dari Pemkot Bandung maupun masyarakatnya.
Menurut Tim Ahli Darurat Sampah Kota Bandung Mohamad Satori, perlu ada kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk menangani sampah. Hingga saat ini, satu-satunya solusi paling terjangkau dan realistis adalah kemauan masyarakat untuk menyelesaikan sampah sendiri.
"Idealnya mengelola sampah itu sangat mahal, membutuhkan alat insenerator yang biayanya sampai triliunan. Situasi sekarang ini dengan keterbatasan dana, menjadi penting untuk mengelola sampah mandiri. Tidak ada cara lain, sampah itu sekarang harus dilihat bahwa memiliki potensi," ujar Satori dalam acara d'Badami kolaborasi dengan Bandung Menjawab, di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Jalan Arjuna, Jumat (17/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya saat ini Kota Bandung punya kesempatan untuk menjadikan darurat sampah sebagai hikmah yang dapat diambil. Musibah ini dapat menjadi evaluasi diri agar masyarakat menyelesaikan sampah di rumah masing-masing.
Memilah dan menyimpan sampah menjadi kompos adalah hal utama yang bisa dilakukan. Caranya dengan sampah organik ditaruh di ember, sementara sampah non organik yang punya nilai ekonomis dipisahkan untuk dijual ke tempat pengolahan.
Baca juga: Membangun Masa Depan Pangan dari Perkotaan |
Sementara sampah residu seperti tisu, pampers, dan pembalut lah yang harus dibuang. Lebih baik lagi kata Satori, jika mengurangi sampah residu dan memilah dengan 2-3 tempat sampah.
"Padahal ada potensi yang bisa didayagunakan dari sampah. TPA itu selalu jadi andalan, padahal sampah terus terakumulasi. Kalau sampah organik hancur, kalau sampah plastik umurnya bisa lebih dari 300 tahun baru hancur. Jadi sekarang memang tidak bisa cuma buang sampah, tapi juga harus memilah sampah dan menyimpan sampah di rumah," ucapnya.
Bahkan dikatakan olehnya, dalam pengelolaan sampah punya korelasi dengan program 'Bandung Menanam' dari Pemkot Bandung. Seperti kisah sukses dari tempat tinggal Acil, Perwakilan Komunitas Pengelolaan Sampah dan Buruan Sae Babakan Ciparay.
Ia dan rekan-rekannya memutuskan untuk melakukan perubahan setelah merasa ngeri dengan tumpukan sampah di TPS-TPS. Ia sadar betul, bahwa masalah ini tak bisa hanya dilimpahkan pada pemerintah.
"Awalnya kami tidak ada keinginan, tapi waktu sampah sudah menumpuk dan mengkhawatirkan, baru masyarakat sadar kalau harus ada kerjasama. Tidak bisa menyalahkan salah satu pihak, tapi bagaimana menyelesaikan masalah ini. Kami sudah melaksanakan beberapa langkah menanggulangi sampah di lingkungan kami sendiri," katanya.
"Kami dipercaya oleh DKPP untuk menjalankan program Buruan Sae, program menanam tanaman seperti sayur dan buah. Berawal dari pengelolaan sampah organik dan komposter di lingkungan kami, itu kan jadi pupuk yang kemudian kita pakai untuk tanaman yang kami tanam disitu. Jadi program pemilahan sampah itu juga berjalan terus," lanjut Acil.
Dari Kampung Babakan Ciparay, kini sudah menyulap lahan yang tak berfungsi jadi tempat untuk menanam aneka buah dan sayuran. Bahkan, mereka sudah mampu memproduksi kompos dari sampah organik, menjual keripik bayam dari hasil penanaman sayuran sendiri, serta menjadi percontohan untuk kampung lainnya.
Tapi, masih ada wilayah lain di Kota Bandung yang mungkin belum memiliki pemahaman serupa. Menimbulkan kesadaran masyarakat tentu bukan perkara mudah.
Dalam pandangan Satori, masih ada beberapa tugas yang harus Pemkot Bandung secara konsisten jalani.
"Kebiasaan ini harus diciptakan. Saya pernah tanya ke masyarakat Cikapundung kenapa buang sampah di sungai. Ada yang jawab tidak tahu atau turun temurun buang disini, itu kan berarti perlu edukasi. Ada yang jawab kalau nggak ke sungai terus kemana? Berati sarana prasarana yang harus diubah. Siapkan sarana prasarana dan buat Saung Edukasi. Jadi ribuan orang belajar dan mengubah mindset masyarakatnya," ujar Satori.
"Kita pastikan memilah dari rumah itu harus dibiasakan. Sudah banyak pilihan pengolahan, tinggal diadakan secara masif. Kalau perlu, gerakkan lagi program plastik berbayar," tambahnya.
(aau/tey)