Muhidin alias Mang Dede (46), disabilitas sensorik netra penjual agar-agar di Cianjur, sempat mengalami masa depresi dan nyaris mengakhiri hidup. Namun petuah dari sang ibu membuatnya sadar dan mulai berdamai dengan keadaan.
Mang Dede menyebut, dirinya mengalami kebutaan total pada 2009. Dua tahun menjalani hidup tanpa melihat membuatnya depresi berat.
Pada 2012, di saat tengah berdagang agar-agar keliling, Mang Dede berniat mengakhiri hidupnya dengan menabrakkan diri ke truk yang tengah melaju kencang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat itu saya sedang berada di titik terendah. Penglihatan saya hilang, usaha susah. Jadi muncul niat untuk bunuh diri," kata Mang Dede, Rabu (15/11/2023).
Mang Dede mengaku saat hendak menyeberang jalan, dia mengetahui jika ada truk yang melaju dari arah sampingnya. Pendengaran yang tajam membuat dia bisa tahu dalam jarak beberapa meter ada kendaraan yang melintas.
"Tahu ada truk di dekat saya. Tapi saya nekat saja nyeberang berharap saya tertabrak dan meninggal," kata dia.
![]() |
Namun aksinya itu dicegah seorang pejalan kaki. Bukannya berterima kasih, Mang Dede malah emosi karena diselamatkan. "Saat itu saya emosi, marah, kenapa diselamatkan, padahal saya sudah tidak kuat ingin akhiri saja hidup saya," tuturnya.
Saat pulang, Mang Dede menceritakan segalanya kepada sang ibu, termasuk niatannya untuk mengakhiri hidup. Pada momen itu, sang ibu memberikan petuah hidup membuatnya tersadar.
"Ibu saya bilang, terimakan nasib yang dijalani. Banyak orang yang nasibnya lebih dari kita. Masih harus disyukuri masih bisa usaha. Jadikan segala sesuatu sebagai ladang ibadah, insyaallah berkah hidup kalau sudah menerima semuanya," katanya.
Petuah sang ibu membuat Mang Dede berangsur berdamai dengan nasibnya. Tak ada lagi keluh, kesal, dan pertanyaan terkait nasibnya yang dahulu dianggap buruk. Kini hanya raut wajah penuh senyum, penerimaan terhadap keadaan, dan rasa syukur yang dirasakan.
"Sekarang sudah berdamai dengan keadaan. Karena percuma mengeluh juga. Lebih baik jalani, terus bersyukur, dan yakin ada hal yang baik dalam setiap cobaan," tuturnya.
Ditipu Bocah hingga Terperosok Sungai
Kisah pelik lainnya juga pernah dialami Mang Dede. Beberapa waktu lalu, sempat ada seorang anak yang membeli agar-agarnya. Setelah menanyakan harga, anak itupun menyodorkan selembar uang seraya meminta lima agar-agar.
Kepada Mang Dede, bocah tersebut menyebut jika uangnya senilai Rp 10 ribu, sehingga ia pun memberikan lima buah agar-agar jualannya. Setelah bocah tersebut berlalu pergi, Mang Dede pun menanyakan uang yang didapatnya pada orang dijumpainya. Ternyata uang tersebut merupakan selembar uang Rp 2.000 yang hanya cukup untuk satu buah agar-agar.
"Ya karena saya tidak bisa lihat dan belum bisa bedakan lembaran uang sesuai nominalnya, jadinya ketika ditanyakan nominalnya berapa ya saya percaya saja. Tapi ketika ditanyakan ke orang lain ternyata tidak sesuai. Jadinya tertipu dengan anak-anak yang beli," kata Mang Dede.
Menurutnya kejadian seperti itu seringkali terjadi. Meski awalnya merasa marah dan kesal, tetapi dirinya mencoba sabar dan ikhlas.
"Mau marah juga kan tidak tahu anaknya yang mana. Mau marah juga gimana. Jadinya sabar dan diikhlaskan saja. Karena pasti ada penggantinya. Seperti ada juga pembeli yang melebihkan bayarannya. Asal sabar pasti Allah kasih rezeki lebih dari orang lain," ujarnya.
Tak hanya perkara ditipu pembeli, Mang Dede juga seringkali terperosok ke sungai, lubang, dan terserempet kendaraan saat berjualan. Meskipun dengan indra pendengaran Mang Dede bisa mengetahui kondisi jalanan di depannya, tetapi tidak jarang juga dia mengalami kejadian memilukan tersebut.
"Kejadiannya saat hujan, dan sedikit banjir. Saya susah kan untuk mengetahui jalannya karena tertutup banjir. Suara kendaraan juga susah diperkirakan kalau banjir. Jadi saya jalan saja terus, tiba-tiba saya jatuh. Ternyata saya jalan terus dan masuk ke sungai. Untungnya sungai itu tidak terlalu dalam. Saya dan dagangan selamat," ucap Mang Dede.
Saat ini, lanjut Dede, dirinya dibantu oleh seorang pengendara. Bahkan pengendara itu rela untuk ikut turun ke sungai, mencarikan tongkatnya yang sempat terbawa arus.
"Alhamdulillah banyak orang baik yang bantu. Waktu saya tersesat ke arah Puncak juga pernah dibantu sopir angkot. Karena sering lihat saya. Dia antarkan saya ke rumah, tanpa meminta ongkos," tuturnya.
"Jadi dengan kondisi seperti ini, dengan cobaan yang dialami, tetap disyukuri dan harus sabar. Karena selalu ada orang baik yang menolong," pungkasnya.
(orb/orb)