Sampah yang mengendap di aliran sungai masih menjadi penyebab utama bencana alam banjir di Kota Sukabumi. Seperti yang baru-baru ini terjadi di sebuah Pondok Pesantren di Kelurahan Sriwedari. Ponpes itu sudah menjadi langganan tergenang banjir akibat limpasan air selokan.
Menyikapi kondisi tersebut, warga dan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Sukabumi melakukan normalisasi aliran sungai. Bukan hanya membersihkan sampah, mereka juga membongkar bangunan yang menjadi faktor penyempitan aliran sungai.
"Bukan hal yang tidak mungkin, karena ada beberapa bangunan yang kita bongkar dan kita buka salurannya. Kita juga minta bantuan ke para RW untuk bisa membujuk warga agar bisa dibongkar," kata Kepala Dinas PUTR Sony Hermanto di Kampung Skip Baru, Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, Selasa (14/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, sampah masih menjadi penyebab utama banjir. Meskipun saluran air dibuka, tapi kesadaran warga membuang sampah ke sungai masih dilakukan, maka bencana alam banjir itu tidak dapat dihindari.
"Kita mencoba ada beberapa yang kita analisa memang ada penyempitan saluran air akibat dari pembangunan yang dilakukan oleh warga, kita coba buka titik tersebut agar pengairan lancar. Yang jadi masalah ketika saluran itu dibuka dan terhambat sampah hingga membendung air dan limpas air, sehingga terjadilah banjir. Saya kira memang yang jadi aktor utamanya tetap sampah," jelasnya.
Pada hari ini, pihaknya bersama warga bergotong royong untuk normalisasi empat sampai lima titik saluran air. Di samping itu, perbaikan TPT yang jebol pun akan diprioritaskan.
"Kita akan normalkan 4-5 titik dengan syarat tidak ada lagi sampah. (TPT yang jebol) ini salah satu yang kita prioritaskan, kita akan coba tempuh pengerjaan dan perbaikannya. Mungkin di seminggu ke depan kita sudah bisa selesaikan," kata dia.
"Intinya bukan ini yang jadi masalah utama tapi bagaimana masyarakat itu bisa tertib tidak membuang sampah ke sungai. Saya kira ini (TPT jebol) hanya dampak saja, akar masalahnya dari sampah," sambung Sony.
Diketahui, TPT itu jebol pada 6 Oktober 2023 lalu namun baru diperbaiki bulan November ini. Pihaknya menyebut, kendala utama dalam proses perbaikan ada pada anggaran.
"Kita di Pemda tetap mengacu pada penganggaran yang ada, karena keterbatasan anggaran yang ada, sebagaimana kita ketahui transisi antara anggaran murni dan anggaran perubahan itu sangat alot. Sekarang coba kita masuk ke biaya tidak terduga sesuai dengan arahan Pj Wali Kota (Kusmana Hartadji) bahwa anggaran akan diambil dari sana," ucapnya.
Sony tak merinci besaran anggaran tersebut. Menurutnya, anggaran normalisasi dan perbaikan TPT masih dalam perhitungan.
"Kita masih hitung anggarannya berapa, kita masih berkembang karena di sana ada penyempitan pondasi yang menghimpit aliran sungai. (Akan dibongkar?) nanti tergantung kehandalan pak RW untuk melobby masyarakat," tutupnya.
(orb/orb)