Kepunahan mengancam populasi penyu di Pangandaran. Semangat untuk pelestarian penyu pun kian membara. Cerita semangat pelestari penyu itu datang dari Raksa Bintana Batuhiu.
Salah satu pelestari penyu, Kurdy yang merupakan generasi kedua terus menjaga dan mempertahankan pelestarian penyu di Pantai Batuhiu, Pangandaran. "Saya Generasi kedua yang melanjutkan almarhum Didin Saepudin yang saat itu sebagai perintis pelestari penyu di Pantai Batuhiu," kata Kurdy saat ditemui detikJabar, Senin (13/11/2023).
Menurutnya, Raksa Bintana Batuhiu dibentuk karena wilayah Pantai Batuhiu merupakan muaranya penyu di Pangandaran. "Tetapi sayang masyarakatnya belum teredukasi dan sosialisasi tidak berjalan. Akhirnya di pantai Batuhiu pada waktu itu masih banyak yang memanfaatkan penyu yang seharusnya dilestarikan dan dilindungi. Dijual beli hingga konsumsi," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan pelestarian pertama saat itu, kata Kurdy, agar masyarakat sdar tentang upaya pelestarian. "Pelestarian Penyu Raksa Bintana ini lahir pada tahun 2003 selama 3 tahun berlangsung sempat terhenti karena Tsunami 2006," jelasnya.
Penyu Batuhiu
Kurdy bercerita jika saat itu almarhum Didin terus melakukan edukasi kepada masyarakat dengan mengenalkan penyu di tingkat desa. "Bapak dulu membuat kegiatan ke desa-desa dan mengenalkan penyu kepada masyarakat, bahwa penyu merupakan salah satu hewan laut yang harus dilestarikan keberadaanya," ucap dia.
Dengan cara itu, diharapkan dapat merangkul masyarakat dalam penyelamatan penyu. Biaya pelestariannya pun dilakukan secara sukarela.
"Alhamdulillah kita merasuk ke sini karena kesadaran, tidak ada kata komersial maupun nyari cuan," katanya.
"Tidak ada nilai ekonomi dalam pelestarian ini, karena kesadaran kami secara sukarelawan merawat penyu," sambungnya.
Kurdy mengatakan dulunya populasi penyu di laut Batuhiu Pangandaran terdapat lima spesies, yakni sisik, belimbing, hijau, lekang, dan pipih. Namun, dari tahun ke tahun jumlahnya menyusut.
"Tetapi dari tahun ke tahun semakin berkurang, sekarang tinggal dua spesies hanya penyu hijau dan sisik yang ada di sini," katanya.
Saat ini di tempat pelestarian yang Kurdy rawat hanya tersisa delapan ekor penyu. Rinciannya, empat ekor penyu hijau, dan empat ekor penyu sisik.
Pelestarian penyu di Batuhiu dilakukan dengan cara membantu penetasan dan pelepasan tukik yang usianya sudah menginjak 2 hingga 3 bulan. "Kalau di sini sebatas penyelamatan telur hingga usianya 2 bulan dilepas liarkan lagi ke laut. Tetapi kami sisakan beberapa untuk dibesarkan. Namun itu pun yang dirawat hasil tangkapan dan penyu terdampar," jelasnya.
Ia mengatakan karena posisi konservasi berada di destinasi wisata, untuk menambah biaya perawatan konservasi pengunjung memberikan donasi. "Karena banyak pengunjung kesini mereka berdonasi tidak memasang tarif atau retribusi, apalagi saat ada yang kunjungan memberikan edukasi, mereka hanya berdonasi sendiri," katanya.
Menurutnya, konservasi penyu dilakukan ketika musim pendaratan, kalau di Pangandaran menjelang bulan Mei hingga Oktober. "Bersama masyarakat yang teredukasi penyu di titik pendaratan mengambil telur untuk membantu proses penetasan diluar yang tercolong dan dimangsa," ucapnya.
Kurdy mengatakan kawasan konservasi yang dibuatnya itu merupakan lokasi yang untuk pembesaran penyu juga. Alasannya, wilayah tersebut memiliki karakteristik ombak yang besar.
"Jadi sayang ketika masih kecil dilepas akan kembali lagi ke darat dan akhirnya dimangsa predator," katanya.
Ancaman Kepunahan
![]() |
Untuk tetap mempertahankan populasi yang ada pelestari penyu Batuhiu, pihaknya terus berupaya mengajak masyarakat walaupun hanya segelintir orang. "Kami mencoba untuk membuat program pemberdayaan masyarakat walaupun langka tersekat-sekat, harus dicukupkan dengan adanya penanaman hutan pantai, untuk menjaga pesisir pantai itu tidak gundul," katanya.
Dia mengatakan salah satu pantai yang sedang diupayakan ada hutan pantai berada di Cibenda yang sama sekali tidak ada hutan pantai. "Padahal di pantai Cibenda termasuk sebagai titik pendaratan penyu setiap musim selalu ada," ucapnya.
Ia mengatakan populasi penyu yang ada di pantai selatan dominan penyu hijau. Namun, beberapa waktu lalu, penyu jenis lekang dan tempayang juga tampak di wilayah tersebut.
"Tapi di tahun 2023 ini terhambat di sepanjang pantai Batuhiu, Pangandaran hingga Batukaras terdapat aktivitas perahu yang begitu menyala saat malam hari, sedangkan penyu rentan akan cahaya," katanya.
Saat ini pihaknya terus memberikan pemahaman kepada masyarakat, meski sempat ada yang menentang. "Kalau tanggapan itu berbeda-beda memang, ada yang menentang ataupun yang mendukung," katanya.
Kurdy mengaku sedih populasi penyu di Pangandaran terus berkurang, bahkan sudah tampak terlihat. "Sepanjang tahun ini yang melakukan pendaratan dan bertelur kembali di laut Pangandaran hanya tersisa penyu hijau dan penyu sisik," katanya.
"Kami juga tampung penyu hasil tangkapan jaring nelayan ada dua ekor berjenis penyu hijau," katanya.
Dia mengatakan hasil observasi sejumlah penyu yang didapatkan, ada dugaan penyebab matinya penyu dan bermigrasi ke laut yang aman. "Salah satu ciri sehatnya laut menurut peneliti, yaitu ada ekosistem penyu dan Pangandaran ini masih ada," katanya.
Bahkan, menurutnya, penyu Belimbing terakhir ada di Pangandaran ditemukan pada tahun 1980. Selain itu, kata dia, dari ratusan telur yang menetas dan kemudian dilepasliarkan hanya 10 persen yang kembali dan bertelur lagi.
Kemudian, berkurangnya populasi penyu di Pangandaran karena ada penangkapan ilegal untuk jual telur buat obat kuat, syarat dan sebagainya. "Banyak ditemukan penyu yang ditangkap dan masuk ke konservasi ketika pun itu keluarnya plastik, chip handphone hingga sedotan, artinya betapa kotornya laut kita," kata dia.
Faktor kepunahan lainnya, kata Kurdy, dari limbah kapal, abrasi, iklim yang panas hingga sampah plastik dan tingkat kesadaran manusia. "Saya berharap bentuk pelestarian dan melindungi iklim populasi penyu tetap lestari harus memiliki dukungan dari semua pihak," katanya.
Respons Pemerintah
Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Ketahanan Pangan (DKPKP) Pangandaran Sarlan mengatakan pihaknya hanya melakukan pembinaa kepada para nelayan. Namun, untuk upaya konservasi dilakukan oleh pemerintah provinsi dan pusat.
"Kami hanya memberikan arahan saja bahwa ada beberapa jenis biota laut yang dilindungi, salah satunya lobster dan penyu itu saja," katanya.
"Karena yang mempunyai kawasan laut itu dinas kelautan provinsi dan pusat. Kalau pembinaan orangnya baru kami," ucap dia menambahkan.
Ihwal jaring nelayan yang dilarang, pihaknya sudah melakukan sosialisasi dan pembinaan secara intens. "Kita sudah imbau ke nelayan terkait jenis jaring yang dilarang digunakan, kalau yang membahayakan ikan kecil jaring 2 in itu nggak boleh, 1 in 1/5, jaring rawa senggol juga dilarang," jelasnya.
Selain pembinaan upaya pelestarian sudah dilakukan, namun Sarlan mengakui memang belum maksimal. "Kalau mangrove semua ada mudah CSR, tapi terkait tukik dan sebagainya memang agak kurang," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Resor BKSDA Pangandaran Kusnadi mengatakan pengawasan terhadap penyu hanya dilakukan di kawasan cagar alam dan bermitra dalam pengawasan di luar kawasan, seperti pelestari penyu dan Cipatujah.
"Kami tetap mengawasi dan melakukan upaya pemberian pemahaman saat ada nelayan yang ditemukan menangkap penyu, mau itu disengaja ataupun kena jaring," katanya.
(sud/sud)