Bagi kalian para pecinta dan kolektor barang antik, terdapat salah satu pasar barang antik selain dari Pasar Antik Cikapundung loh. Pasar tersebut bernama Pasar Nostalgia Bandung. Pasar yang telah berdiri sejak tahun 2016 tersebut, berlokasi di Pasar Modern Batununggal, Kecamatan Bandung Kidul, Kota Bandung.
Berbeda dengan Pasar Antik Cikapundung, di Pasar Nostalgia Bandung, memberikan sensasi dan ambience layaknya sedang berada di era 90an. Dihiasi dengan poster-poster ala lawas serta barang-barang jadul seperti kursi, meja, serta motor dan sepeda yang dipajang di tiap sudutnya.
Namun semenjak pandemi Covid-19 lalu, aktivitas jual beli dan kunjungan ke pasar tersebut menjadi sangat lesu. Sebagian toko-toko sudah banyak yang tutup, dan hanya tersisa beberapa toko saja. Salah satu toko yang masih bertahan hingga sekarang, adalah toko milik Mang Ucing (52).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ucing mengatakan bahwa dirinya sudah membuka toko di pasar tersebut setelah tiga tahun Pasar Nostalgia berdiri. Walau Pandemi melanda, dirinya masih bertahan dan menetap di sana.
"Kalau saya sendiri, masuk ke Pasar Nostalgia itu sekitar tiga tahun setelah pasar Nostalgia ini berdiri. Karena waktu berdiri itu, saya datang ke sini udah penuh, nah kalau sekarang bukan penuh corencang yang ada," ucap Ucing kepada detikJabar Selasa (07/11/2023).
"Kalau untuk koleksi barang-barang antik seperti ini, saya sudah mulai dari tahun 1996. Bisa dibilang ya hobi, tapi bisa dibilang ya dagang juga," lanjut Ucing.
Kendati begitu, Ucing tidak khawatir mengenai aktivitas jual beli di Pasar Nostalgia yang sudah mulai sepi. Menurutnya, bisnis barang antik seperti ini masih bisa dia lakukan dengan memanfaatkan media internet, yang lebih global dan luas.
"Ya karena komunitas ya. Kalau berbicara hobikan, ruang lingkupnya ya biasanya segitu-segitu aja, kecuali jika memang ada eksebisi atau pameran otomatis publik umum yang bukan dari lingkup hobi datang dan mungkin ada ketertarikan juga, paling kaya gitu buat mancingnya," jelas Ucing.
"Tapi kan kalau sekarang udah ga ke temen ke temen lagi, karena di internetkan lebih global, lebih luas. Jadi adanya internet itu sangat membantu dalam mencari customer baru," lanjutnya.
Bahkan demi menekuni bisnis barang-barang antik ini, Ucing rela mencari barang-barang dari teman-temannya, bahkan hingga mencari ke luar negeri sekali pun. Ucing rela mencari spare parts motor dan sepedah hingga ke negara Jerman, Belanda, Austria, dan Inggris.
Dalam menjual barang pun, Ucing tidak pernah mematok harga, selalu terjadi negosiasi antara dirinya dengan pembeli. Karena dia, menjual sesuai dengan kebutuhan customer, serta kebutuhan. Sering kali Ucing pun mengobral barang-barang koleksi miliknya.
"Cuma perbedaan rate luar negeri sama orang Indonesia, kalau untuk motor atau sepeda berbeda. Kalau orang luar, barang yang jarang, barang yang produksinya cuma satu atau dua tahun, barang yang pabriknya cuma sebentar dan bangkrut, terus barang-barang yang gagal produksi, itu semua harganya mahal," kata Ucing.
"Kalau untuk di Indonesia, kebanyakan lebih berpikir yang mahal itu yang awet, yang tidak trouble, yang enak dipakai, itu kondisi di kita, dan kadang yang bikin mahal itu, dari cerita yang di goreng oleh orang-orang dari mulut ke mulut, padahal secara logika di negaranya sendiri tidak seperti itu," pungkasnya.
JAP Motorbike End
Memiliki banyak koleksi barang antik bahkan hingga ratusan, namun sudah pasti terdapat salah satu barang yang menjadi primadona atau pun master peace bagi Ucing tersendiri. Terdapat nilai dan kesan tersendiri ketika mendapatkan barang tersebut.
"Untuk barang master peace sebenernya ada, tapi kebetulan barangnya udah dijual. Ada motor namanya JAP Motorbike End dari Inggris, Prancis tahun 1927. Yang menjadi ciri khas, dia stangnya bukan dari pipa melainkan dari per daun yang ditumpuk, jadi dia stangnya itu main karena ada suspensinya. Itu mungkin barang kali yang paling terkesan yah, karena itu waktu belinya karena seneng, barangnya ada di Jerman, di Indonesia belum ada dan saya dapet dari lelang," jelas Ucing.
(yum/yum)