Ong Hok Djoe atau Ong Harja Dinata merupakan seorang Pahlawan Kemerdekaan keturunan Tionghoa dari Kabupaten Ciamis. Ong Hok Djoe berjasa dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Ia memiliki peran besar dalam intelejensi dan menyuplai logistik, bahan pokok makanan untuk pasukan pejuang Indonesia.
Sayangnya banyak masyarakat Tatar Galuh yang tidak mengenal sosok Ong Hok Djoe. Tak hanya itu, tidak ada nama jalan atau monumen yang dapat mengenang untuk mengingatkan sosok pahlawan satu ini. Ong Hok Djoe lahir di Ciamis 22 Juli 1910 dan wafat di Ciamis, 29 Januari 1978 karena sakit.
Berdasarkan data yang ada, Ong Hok Djoe tercatat sebagai Veteran Pejuang Kemerdekaan RI Golongan B, Nomor Pokok Veteran 17.757/B, tanggal 6 Agustus 1962. Ia mendapat Anugerah Satya Lencana Perang Kemerdekaan I dan Perang Kemerdekaan II. Serta Bintang Gerilya dari Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata RI, Nomor 19/BTK/1965, 17 Agustus 1965.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Ong Hok Djoe menjadi anggota aktif di BKR Badan Keamanan Rakyat (BKR) Ciamis. Pada November 1945 dilebur dan menggabungkan menjadi Persindo/GPI yang bermarkas di Ciamis.
Juli 1947, ketika tentara Belanda akan memasuki kota Ciamis, semua rakyat mengungsi kecuali masyarakat keturunan Tionghoa. Atas perintah Ketua KNI Oto Kusumasubrata untuk tetap berada di kota. Ong Hok Djoe mendapat tugas untuk mengkoordinir masyarakat Tionghoa untuk keperluan Republik Indonesia.
Ong Hok Djoe juga dikenal sebagai Penyelenggara Musyawarah Nasional Rohaniwan Agama Khonghucu I (1964). Pendiri dan Ketua MAKIN Ciamis dan juga Mendirikan Litang MAKIN Ciamis yang cukup representatif.
"Ong Hok Djoe atau Ong Harja Dinata merupakan pahlawan kemerdekaan dari Ciamis, beliau keturunan Tionghoa. Jasa-jasanya sangat besar, yakni memasok logistik untuk para pejuang Indonesia. Beliau juga bertugas di intelejensi dengan mencari informasi keberadaan musuh dalam memperjuangkan kemerdekaan," ujar Ilham Purwa, Akademisi Universitas Galuh Kabupaten Ciamis, Jumat (10/11/2023).
Ilham menyebut, Ong Hok Djoe memasok logistik bahan pokok makanan untuk pejuang. Bahkan logistik tersebut berasal darinya sendiri, karena ia juga berlatarbelakang keluarga pedagang atau pengusaha. Meski taruhannya nyawa, Ong Hok Djoe meski keturunan Tionghoa tetap ikut berjuang membela tanah kelahirannya.
"Meski keturunan Tionghoa tapi beliau memiliki nasionalisme yang tinggi. Membela tanah kelahirannya. Ong Hok Djoe merupakan pahlawan, hanya saja tidak semua orang mengetahui. Karakternya low profil," jelasnya.
Kehidupan sehari-hari Ong Hok Djoe sama dengan masyarakat, seperti berusaha dan menggarap sawah yang kini jadi Stadion Galuh. Ia juga menyumbangkan tanahnya untuk mendirikan Klenteng.
Ia juga merupakan salah seorang yang berjasa dalam membangun komplek Pecinan yang kini menjadi Kampung Kerukunan Ciamis. Di mana, di komplek itu tidak hanya ada kelenteng dan Makin, namun juga ada masjid dan gereja katolik yang berdampingan.
Nama Ong Hok Djoe juga telah diabadikan di Museum Kebudayaan Tionghoa di Bandung. Ong Hok Djoe tertulis sebagai Pahlawan Kemerdekaan dari Ciamis.
(mso/mso)