Beberapa ruang kelas di SDN Bantargebang, Kecamatan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi mengalami kerusakan parah. Akibatnya sejumlah siswa di sekolah tersebut belajar di tenda.
Kondisi tak layak itu terpaksa dijalani para siswa karena mereka tidak ada pilihan lain, pihak sekolah mengaku membatasi waktu belajar mengajar di tenda karena tak nyaman, hawa panas kerap menyergap para siswa ketika siang hari.
"Ya jauh dari rasa nyaman, bahkan kemarin saya sengaja mengajak orang tua murid rapat di sini. Bisa dirasakan langsung, panas dan tidak nyaman apalagi untuk anak-anak didik kami," tutur Kepala SDN Bantargebang Edi Suhaedi, Selasa (31/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi anak mungkin bisa belajar maksimal itu sampai jam 10.00 WIB, karena jam 12.00 WIB anak kepanasan dan kita sama-sama tadi merasakan kondisi itu," ujarnya menambahkan.
Edi mengungkapkan, sudah 6 bulan anak-anak didiknya belajar di tenda. Atap terpal yang bocor, spanduk sobek dan kegiatan belajar mengajar seadanya dilangsungkan di luar kelas, penuh keterbatasan.
"Pihak sekolah juga terpaksa karena kondisi ruangan kelas sudah darurat sekali, makanya kegiatan belajar mengajar dilakukan di luar ruangan," kata Edi.
Kegiatan belajar di ruang kelas itu adalah inisiatif Edi. Hal itu terpaksa dilakukan karena pernah ada siswa yang tertimpa asbes saat belajar di kelas.
"Saya punya inisiatif daripada anak di ruangan kelasnya seperti itu keadaannya bahkan pernah ada kejadian anak tertimpa asbes atap dari bangunan tersebut, maka saya secepatnya membuat tenda darurat," ujar Edi.
Belajar di tenda membuat para siswa tak nyaman. Panas, debu hingga gangguan suara sangat mengganggu proses belajar mengajar.
Pantauan detikJabar, ada 4 ruang kelas berjejer mengalami kerusakan. Kondisi bangunan memang terlihat kokoh, namun di ruangan bagian dalam terlihat retakan-retakan bangunan terutama di bagian lantai, lantai keramik terlihat pecah.
Selain itu, pada plafon terlihat berlubang beberapa diantaranya hanya tinggal menunggu waktu jatuh. Kaca pecah, cat mengelupas menimbulkan kesan lapuk di ruangan kelas itu. Ada dua ruangan perpustakaan yang juga dipakai untuk belajar mengajar darurat untuk siswa kelas lainnya.
"Kalau minta bantuan sudah sering, namun kami dijanjikan baru dapat itu di tahun 2024. Padahal kondisinya sudah sangat memprihatinkan," pungkas Edi.
(sya/dir)