Rafa Rizi, siswa kelas III SDN Bantargebang, Kecamatan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi mengusap keringat yang mengucur di dahinya. Sesekali ia menggeser duduk seraya mengipas buku tulisnya.
6 bulan lamanya dia dan puluhan temannya terpaksa belajar di tenda dengan kondisi seadanya. Ruang kelas yang rusak, membuatnya tidak punya pilihan selain menjalani kualitas belajar mengajar yang ia rasa kurang nyaman.
"Sudah 6 bulan, panas banget, kegerahan jadi nggak fokus. Inginnya belajar lagi ke kelas yang nyaman," tuturnya kepada detikJabar, Selasa (31/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rafa memperlihatkan sudut ruang kelasnya yang rusak. Terlihat plafon berlubang hingga pijakan keramik yang pecah, cat mengelupas hingga kaca jendela yang pecah.
"Kelasnya rusak, karena hujan dan lapuk jadi takut. Mau kembali ke kelas, maunya dibangun sekolahnya mau nyaman biar semangat belajar," ujarnya.
"Pak (presiden) Jokowi, kami ingin belajar dengan nyaman. Karena belajar di tenda panas," ucapnya spontan.
Beberapa siswa yang lain juga mengucap serupa, mereka ingin belajar dengan nyaman. Nama Presiden Jokowi terus disebut demi adanya perubahan di bangunan sekolah mereka.
"Pak Jokowi, kami ingin sekolah yang bagus," celetuk siswa lainnya.
Kepala SDN Bantargebang Edi Suhaedi mengungkapkan, sudah mengajukan perbaikan bahkan pengajuan bantuan dilakukan sejak masih dijabat dua kepala sekolah sebelumnya. Informasi terakhir, sekolah akan dibangun tahun 2024 nanti.
"Saya mengajak semua pihak untuk merembugkan bagaimana selanjutnya (nasib) SD Bantargebang, karena merupakan sekolah induk dari semua-semua. Saya imbau tolonglah untuk SDN kami dibangun ruang kelas baru semaksimal mungkin karena ada 130 siswa yang belajar di sekolah ini," kata Edi.
"Rusak tahun 2019 sampai sekarang , hanya ada 1 ruangan, bisa dilakukan kelas 1 dan 2 yang lainnya tidak bisa, karena tidak dimungkinkan. Bahkan ada yang belajar di perpustakaan. Penyebab rusak karena faktor alam, pengajuan sudah mungkin hanya bukan wacana atau cerita, tidak ditanggapi. Kemarin ada dari PUPR, tapi tidak jadi enggak tahu gimana," pungkasnya membeberkan.
(sya/mso)