Volume air Waduk Jatigede, Kabupaten Sumedang mengalami penyusutan hingga 67 persen imbas musim kemarau yang disertai El Nino. Penurunan pada tahun 2023 ini menjadi yang paling ekstrem sejak empat tahun terakhir.
"Dalam empat tahun terakhir, penurunan elevasi air waduk kali ini menjadi yang terekstrem, pada tahun 2019 memang lebih parah tapi dari tahun 2020 ke sini, ini yang paling ekstrem," ungkap Kepala Pengelola Waduk Jatigede Yuyu Wahyudin saat dihubungi detikJabar, Sabtu (21/10/2023).
Berdasarkan volume tampungannya, Waduk Jatigede normal volume airnya ada di angka sekitar 980 juta meter kubik. Sementara pada Oktober 2023 ini hanya ada di angka 382 juta meter kubik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Volume tampungan saat ini 382 jutaan (meter kubik) artinya 36 persen tampunangan (air) yang ada, penurunannya berarti 67 persen," terang Yuyu.
Yuyu menyebut, elevasi normal air Waduk Jatigede ada di angka 260 mdpl (meter di atas permukaan laut). Sementara saat ini, elevasinya ada di angka 240 mdpl.
"Jadi penurunan elevasinya hingga Oktober 2023 ini sudah mencapai 20 mdpl," ujarnya.
"Sementara kalau pada tahun 2019 di bulan yang sama, itu elevasinya ada di angka 239 mdpl atau penyusutannya satu mdpl lebih parah dibanding tahun ini," terangnya menambahkan.
Penyusutan volume air Waduk Jatigede terjadi lantaran seiring dengan turut menyusutnya pasokan air dari aliran sungai Cimanuk imbas musim kemarau dan El Nino.
Saat ini, sambung Yuyu, debit air yang masuk dari aliran sungai Cimanuk ke Waduk Jatigede ada di angka 12 meter kubik per detik.
"Jadi tidak akan seimbang dengan inflow dan out flow-nya sehingga terjadilah penurunan (volume waduk)," ujarnya.
Yuyu mengungkapkan, penyusutan volume air Waduk Jatigede akan terus terjadi jika musim kemarau disertai El Nino benar-benar berlangsung hingga Februari 2024 sebagaimana prediksi dari BMKG.
"Informasi El Nino akan sampai bulan Februari (2024), kami harus berhemat air, mungkin akan lebih parah dari 2019 untuk di bulan November, Desembernya," ucapnya.
(mso/mso)