Dalam pesantren, kitab kuning menjadi salah satu sumber pembelajaran. Para santri belajar membaca, memahami, dan menghafal kitab kuning untuk mendalami ilmu agama Islam. Mereka mempelajari berbagai aspek agama dan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam kitab kuning, mulai dari tafsir Al-Qur'an hingga fikih.
Simak artikel ini selengkapnya ya, detikers!
Apa Itu Kitab Kuning?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari situs Kementerian Agama Republik Indonesia, Kitab Kuning adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada koleksi buku dan naskah keislaman yang digunakan dalam tradisi pesantren di Indonesia. Kitab ini mencakup berbagai bidang keilmuan, termasuk tafsir, hadis, fikih, sejarah, dan berbagai disiplin lainnya.
Kitab Kuning bukanlah satu buku tunggal, melainkan sekumpulan buku yang memiliki nilai ilmiah dan keagamaan yang tinggi. Dalam lingkungan pesantren, kitab kuning bukan hanya sekadar buku pelajaran, melainkan juga merupakan identitas dan tanda khas yang melekat erat.
Sebagai pusat pengembangan dan penelitian ilmu-ilmu keislaman, pesantren menjadikan kitab kuning sebagai elemen yang mendefinisikan karakter pesantren. Abudin Nata menambahkan bahwa kitab kuning adalah hasil karya tulis yang disusun oleh cendekiawan Muslim pada masa pertengahan, kira-kira pada abad ke-16 hingga abad ke-18.
Mengapa Disebut "Kuning"?
Asal usul nama "Kitab Kuning" berasal dari warna kertas tradisional yang digunakan untuk mencetak buku-buku ini, yang sering berwarna kuning. Bentuk cetakan yang umum digunakan adalah khurasan, di mana satu lembar kertas setebal folio dibagi menjadi empat halaman.
Walaupun teknologi cetakan modern menggunakan kertas putih, istilah "Kitab Kuning" tetap dilekatkan pada karya-karya ini karena perhatian utama terletak pada isi buku, bukan warna kertas atau bentuk fisiknya.
Isi dari Kitab Kuning
Kitab Kuning mencakup berbagai topik keislaman, mulai dari tafsir Al-Qur'an hingga fikih (hukum Islam), sejarah Islam, dan berbagai aspek lain dari agama dan ilmu pengetahuan. Selain itu, kitab kuning juga berisi literatur Arab yang digunakan sebagai referensi utama dalam tradisi pesantren.
Isi kitab kuning bisa bervariasi tergantung pada subjek dan penulisnya. Beberapa kitab kuning mengutamakan pemahaman Al-Qur'an dan Hadis, sedangkan yang lain membahas masalah fikih dan perbandingan madzhab. Selain itu, ada kitab kuning yang menggunakan model syarakh (penjelasan) untuk memahami konsep-konsep agama dengan lebih mendalam.
Baca juga: 4 Janji Panji Gumilang Usai Dikabarkan Tobat |
Yang Dipelajari dalam Kitab Kuning
Kitab kuning juga mengajarkan ilmu tata bahasa Arab (Nahwu dan Sharaf), ilmu sastra Arab (balaghah), dan logika (mantiq). Ilmu ini membantu para santri dalam memahami bahasa Arab dan menyusun argumen logis dalam pemahaman agama.
Kitab kuning memiliki sejumlah ciri umum yang membedakannya. Pertama, kitab kuning biasanya ditulis dalam bahasa Arab. Kedua, mereka seringkali tidak memiliki baris, bahkan tanda baca dan koma pun seringkali tidak digunakan.
Ketiga, isi dari kitab kuning berkaitan erat dengan ilmu keislaman. Keempat, metode penulisannya seringkali dianggap kuno oleh standar modern. Kelima, kitab kuning sering dicetak pada kertas berwarna kuning. Keenam, kitab kuning lazimnya dipelajari di pondok pesantren.
(yum/yum)