Muhammad Rafli (11) nampak semringah bermain air di aliran Sungai Cibitung, Desa Mukapayung, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Jika dilihat saksama, aliran Sungai Cibitung itu lebih cocok disebut selokan. Karena lebarnya hanya sekitar 1 sampai 1,5 meter. Kedalamannya pun mungkin hanya 60 sentimeter.
Kondisi itu terjadi karena hujan yang tak kunjung turun sejak 3 bulan belakangan. Sehingga debit air di Sungai Cibitung yang masih merupakan aliran dari Sungai Citarum merosot drastis. Bahkan di kiri kanan permukaan sungai, saat ini ditanami beragam tanaman seperti cabai, jagung, timun, dan lain-lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rafli bercerita, ia rutin bermain air di aliran sungai itu setiap hari. Lantaran rumahnya juga mengalami kekeringan dan mengandalkan bantuan hingga terpaksa membeli air dari tetangganya.
"Soalnya di rumah susah air, jadi mending guyang (mandi) ke sungai. Dekat dari rumah, tinggal turun," kata Rafli menjelaskan caranya turun ke permukaan sungai melewati lereng yang ditumbuhi pohon bambu, Senin (16/10/2023).
Rafli biasanya tak sendiri. Ia akan mengajak teman-temannya bermain air di sungai. Seperti kali ini, ia mengajak dua temannya yang ternyata membawa adiknya yang masih balita.
"Nggak rame kalau sendiri, jadi pasti ajak teman ke sini. Biasanya sore atau pagi kalau siang panas," ujar Rafli.
Kondisi air yang tak mengalir terlalu deras itu sebetulnya berwarna cokelat. Tak jernih juga karena di bawahnya sudah bercampur dengan tanah. Namun lebih baik daripada tidak kena air sama sekali.
"Ya rame, soalnya bisa basah-basahan. Apalagi sekarang kan lagi hareudang, jadi enaknya berenang di sungai. Biasanya mah jernih, sekarang lagi kotor," kata Rafli.
Aliran air di Sungai Cibitung yang jauh menyusut itu juga jadi sumber utama pengairan tanaman milik petani yang menanam benih di permukaan sungai sejak awal musim kemarau.
"Ya pengairannya dari situ, soalnya nggak ada sumber air lagi. Biasanya diangkut pakai jerigen. Penyiraman kadang pagi kadang sore," kata Deden (51) petani sekaligus warga Kampung Ciririp, yang ada di sekitaran Sungai Cibitung.
Setiap musim kemarau tiba, terutama kemarau panjang, ia dan petani lainnya biasanya beralih lahan dengan menggarap lahan di permukaan Sungai Cibitung karena alasan ketersediaan sumber air.
"Rata-rata di sini memang petani di sawah dan kebun. Kalau nggak pindah ke sini, sebetulnya di tempat asli mereka itu susah air, bingung buat nyiram tanamannya. Makanya banyak yang pindah ke sini," kata Deden.
Sementara itu BMKG memprediksi musim awal musim hujan di Bandung Raya terjadi pada November 2023 mendatang. Namun hujan kemungkinan bisa saja turun meski saat ini Bandung Raya masih memasuki musim kemarau.
"Untuk memasuki musim penghujan di wilayah Bandung Raya diprediksi di awal November hingga pertengahan November 2023," kata Yuni Yulianti PMG Muda BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Bandung.
(mso/mso)