Menuai Berkah Mangrove di Pasir Putih

Menuai Berkah Mangrove di Pasir Putih

Irvan Maulana - detikJabar
Sabtu, 14 Okt 2023 18:40 WIB
Produk dodol dari olahan mangrove Pasir Putih
Produk dodol dari olahan mangrove Pasir Putih (Foto: Irvan Maulana/detikJabar)
Karawang -

Bagi sebagian orang hutan bakau atau mangrove, hanya berfungsi sebagai penahan abrasi pesisir pantai akibat gempuran gelombang, namun tidak bagi ibu-ibu warga Pasir Putih, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang.

Beberapa kelompok ibu-ibu yang awalnya bekerja sebagai pembersih rajungan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasir Putih, kini berhasil meraih pundi-pundi uang, dengan mengolah buah mangrove menjadi jus, dan dodol.

Salah satunya dilakukan keluarga Diana Sari (28), dan Umi Laela (60), ibu dan anak ini mencoba peruntungannya dengan mengolah buah mangrove menjadi dodol dan jus, yang hasilnya terbilang memuaskan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awal mula kita enggak jualan, kita kerja membersihkan rajungan di TPI Pasir Putih, bisa sampai 12 jam sehari tapi penghasilan gak seberapa," ucap Diana saat ditemui di kediamannya, Kamis (12/10/2023).

Merasa suntuk dengan pekerjaanya yang sebanding dengan penghasilan, sebagian kelompok ibu-ibu di Pasir Putih, kemudian beralih menjadi pedagang kue atau camilan khas di Pasir Putih, seperti amplang ikan, dendeng ikan, dan kerupuk ikan remang.

ADVERTISEMENT

"Awalnya tahun 2000 an mulai jualan itu, sama umi, tapi hanya sebatas makanan yang sudah biasa dibuat aja, sejenis kerupuk, amplang ikan dendeng. Harganya juga murah dan keuntungan sedikit, tanpa pengemasan yang menarik," kata dia.

Alhasil, keuntungan bergantung hidup pada jualan olahan laut pun, belum menjadi sandaran ekonomi yang menjanjikan bagi ibu-ibu di Pasir Putih.

Hingga akhirnya pada tahun 2018, PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) mulai masuk membina ibu-ibu pasir putih untuk menciptakan produk olahan berkualitas dan berdaya jual tinggi.

"Pertamina mulai masuk itu tahun 2018 lah, awalnya mencoba membuat dodol mangrove sama mpek-mpek dulu, lalu berkembang nambah banyak produknya," ungkap Diana.

Sejak saat itu, asa ibu-ibu Pasir Putih untuk mencoba peruntungan di dunia Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), mulai menunjukkan harapan, sebab masuknya Pertamina dianggap menjadi tonggak awal kemajuan UMKM di pesisir Cilamaya.

"Awal mulanya timbul ide membuat dodol mangrove ini dari Pertamina, kan banyak tuh buahnya di hutan mangrove. Kadang-kadang diambil cuma buat ngerujak, kemudian dari Pertamina nyuruh kita buat nyoba dibikin dodol," ucapnya.

Produk dodol dari olahan mangrove Pasir PutihProduk dodol dari olahan mangrove Pasir Putih Foto: Irvan Maulana/detikJabar

Dari percobaan itu lah timbul produk UMKM camilan khas pesisir Cilamaya, yakni dodol mangrove, selain itu juga yang tak kalah menarik keuntungan yang didapat ibu-ibu dari hasil merintis usaha tersebut.

"Kalau dodol itu, untuk modal ya kisaran Rp50 ribu perkilogram, jadinya 30 pcs dodol kemasan 750gram, kalau 1 pcs harganya Rp6 ribu, dalam sekilo keutungan, bisa Rp130 ribu," ujar Diana.

Dodol mangrove itu habis dalam 2-3 hari yang ia pasarkan di outlet peroduk milik pertamina yang berlokasi di taman wisata hutan mangrove Pasir Putih, dan dipasarkan secara online melalui media sosial.

"Itu habis dalam 2-3 hari sekilo dodol, hanya dodol aja yah, belum lagi kerupuk amplang, mpek-mpek, kerupuk rajungan yang kita buat juga termasuk camilan yang laris," ungkap Diana.

Diceritakan Diana, sebelum masuknya Pertamina, ibu-ibu di Pasir Putih merasa kesulitan untuk menggeluti dunia UMKM, belum lagi fasilitas lab, belum lagi membuat sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), yang menjadi syarat wajib juga sulit ditempuh.

"Sebelum Pertamina masuk, ya lebih susah, sejak tahun 2018 kan kita difasilitasi cek lab di Bandung, dapat sertifikasi halal, dan PIRT. Belum lagi kita diberikan fasilitas alat dan pengemasan," imbuhnya.

"Sebelumnya kan dodol, kerupuk, dan produk lain hanya dibungkus plastik bening, jadi gak menarik, kalau yang sekarang rapih ada mesin pres dari Pertamina, gambar kemasan juga bagus dan meningkatkan daya jual kita," lanjutnya.

Nelayan Karawang Tanam Mangrove Langka di Pantai Pasir PutihNelayan Karawang Tanam Mangrove Langka di Pantai Pasir Putih Foto: Luthfiana Awaluddin

Terpisah, Community Development Officer PHE ONWJ Iman Teguh menjelaskan, hutan mangrove berfungsi sebagai benteng alami yang melindungi pesisir dari erosi dan serangan gelombang besar.

"Sebenarnya kan hutan mangrove berfungsi sebagai penahan abrasi, akar-akar mangrove yang kuat membantu menjaga stabilitas tanah di sekitar garis pantai. Jadi belum ada banyak inovasi yang memanfaatkan tumbuhan mangrove untuk suatu barang yang dikonsumsi," ucap Iman, saat diwawancara di Kawasan Wisata Hutan Mangrove Pasir Putih, Karawang.

Selain berfungsi menahan tanah, beberapa daerah di Indonesia memanfaatkan kayu mangrove, yang diklaim memiliki daya tahan yang kuat untuk furniture sederhana.

"Ada beberapa daerah di luar Jawa memang yang memanfaatkan kayu mangrove untuk membuat furniture sederhana berukuran kecil, karena daya tahan kayu nya cukup kuat dan keras," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua kelompok UMKM Pasir Putih binaan PHE ONWJ Iin Inani (42) menerangkan, setidaknya terdapat 16 produk UMKM yang kini telah dikembangkan Pertamina bersama ibu-ibu Pasir Putih.

"Pas kita masuk di tahun 2018 itu hanya 3-4 produk cuma kerupuk-kerupuk aja dari ikan gitu. Kemudian kita coba masuk membimbing ibu-ibu di sini, sampai akhirnya tercipta sekitar 16 produk," ucap Iin.

Ke 16 produk tersebut yakni, Kerupuk ikan teri, Sate bandeng, Ikan bakar, Kerupuk rajungan, Terasi bawang, Sambal cumi, Amplang ikan, Mpek-mpek rajungan, Bakso ikan remang, Dendeng ikan japuh, Dodol mangrove, Basreng rajungan, Kerupuk ikan remang, Jus mangrove, Udang bakar, dan Bola-bola susu.

"Sekarang 16 produk itu, sudah mulai dikenal masyarakat yah, apa lagi dodol mangrove juga sudah pernah kita kirim ke Thailand, Kalimantan, dan beberapa daerah lain di luar Jawa," kata dia.

Selain itu, kata Iin, daya jual dari produk juga meningkat lebih dari 100 persen, setelah dilakukan sertifikasi dan pengemasan yang baik, atas fasilitas dari Pertamina.

"Yang penting ini kan legalitas yah, tentu kita fasilitasi mereka sertifikasi halal nya, PIRT nya. Dan tak kalah penting pengemasan produknya, dari situ terlihat bahwa penjualan meningkat lebih dari 100 persen," ungkap Iin.

Sebagai lokomotif perekonomian dan industri nasional. Pertamina juga menjalankan peran membangun kolaborasi baik di lingkungan internal maupun eksternal, salah satunya dengan mengembangkan UMKM di Pasir Putih.

"Dengan hasil sekarang ini, kita juga berterimakasih kepada Pertamina karena sudah berusaha memberikan kontribusi yang baik, khususnya bagi lingkungan sini. Semoga ke depan UMKM makin maju, dari sisi bisnis juga makin berkembang," pungkasnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads