Kekeringan lahan pertanian di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) dampak dari kemarau panjang yang terjadi sejak tiga bulan belakangan terus meluas.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Bandung Barat, setidaknya ada 1.334 hektare lahan sawah dan pertanian yang kekeringan dan tidak produktif. Lahan persawahan atau luas baku sawah (LBS) di KBB sendiri mencapai 21 ribu hektare.
"Dari 179 hektare dua bulan lalu, sekarang lahan persawahan yang kekeringan itu bertambah sampai 1.334 hektare. Itu terjadi setiap hari selama kemarau panjang," ujar Kepala DPKP Bandung Barat, Lukmanul Hakim saat dihubungi, Sabtu (14/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meluasnya lahan kekeringan itu terjadi di dua desa Kecamatan Gununghalu pada bulan Agustus, kemudian kekeringan dengan kategori ringan meluas 16 hektare di empat kecamatan pada bulan September. Sementara kekeringan dengan kategori sedang seluas 14 hektare di 2 kecamatan di bulan yang sama.
"Dari data sejak Juli hingga September belum ada laporan gagal panen atau puso. Padinya masih bisa dipanen hanya belum mulai menanam," kata Lukman.
Dampak dari berkurangnya produksi tanaman padi, berbanding lurus dengan berkurangnya ketersediaan beras untuk pasar lokal hingga akhirnya harga beras di pasaran melonjak signifikan.
"Karena kekeringan ini akhirnya kan luas tanamnya berkurang, produksi berkurang terutama produksi padi. Akhirnya berdampak pada harga beras yang mahal," kata Lukmanul.
Baca juga: Langkah DPRD Bandung Atasi Krisis Air Bersih |
Di sisi lain, selama musim kemarau panjang ini, petani diimbau menanam komoditas pangan dengan menyesuaikan tanaman yang bisa ditanam di lahan kering.
"Jadi petani harus tetap produktif dengan arahan dari kita mereka melakukan diversifikasi tanaman ke palawija yang tidak membutuhkan banyak air," ucap Lukmanul.
(sud/sud)