Warga Dusun Linggamanik Desa Bojongkapol Kecamatan Bojonggambir Kabupaten Tasikmalaya, bergotong royong memperbaiki kerusakan jalan. Inisiatif warga muncul setelah kerusakan jalan di kampung mereka tak kunjung diperbaiki oleh pemerintah.
Padahal kerusakan di wilayah pelosok selatan Tasikmalaya ini sudah parah. Menurut warga, sudah banyak pengendara sepeda motor yang terjatuh akibat kerusakan fasilitas infrastruktur publik itu.
Ketimbang berpangku tangan dan terus berharap uluran tangan pemerintah, masyarakat akhirnya memilih memperbaiki jalan secara swadaya. Perbaikan jalan dilakukan dengan cara melapisi dengan adukan semen atau cor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Protes tak pernah digubris, ya sudah kita perbaiki swadaya, Insya Allah kita mampu," kata Asid, salah seorang tokoh masyarakat, Jumat (13/10/2023).
Warga yang mampu urunan membeli semen. Sementara warga lainnya, termasuk ibu-ibu bekerja mengumpulkan material pasir dan bebatuan.
Puluhan warga turun ke sungai untuk mengambil pasir. Padahal jaraknya lumayan jauh, tak kurang dari 1,5 kilometer melewati tebing terjal.
"Lumayan jauh dari sungai ke jalan mengangkut pasir dan batu bergantian, sama ibu-ibunya juga pada turun semua," kata Asid.
Dia menjelaskan gotong royong sudah dilakukan sejak awal pekan lalu. Pekerjaan perbaikan jalan dilakukan secara bertahap. "Mumpung musim kemarau, jadi kalau nanti datang hujan jalan ini tak lagi membahayakan pengendara," kata Asid.
Dia menambahkan jalan di pelosok desa wilayah perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut itu sudah bertahun-tahun tidak diperbaiki.
"Sudah lama dibiarkan rusak, sudah bertahun-tahun. Kami tak ingat lagi kapan jalan ini diaspal," kata Asid.
Zainal warga lainnya menambahkan kerusakan jalan selama ini telah berkali-kali menyebabkan pengendara sepeda motor terpeleset. "Sudah banyak yang celaka, apalagi ketika hujan. Soalnya jalan jadi licin," kata Zainal.
Dia mengatakan perbaikan secara swadaya ini memakan waktu yang lama, sampai berhari-hari. Karena proses pengerjaan dilakukan manual, bahkan pemadatan yang idealnya menggunakan stoomwals, dilakukan secara manual.
"Pengumpulan pasir dan batu juga lama, karena warga gotong royong mengangkut dari sungai," kata Zainal.
Meski demikian dia dan warga lainnya, mengaku tak patah arang, perbaikan jalan dilakukan secara bertahap. "Ngeureuyeuh (bertahap), yang penting jalan bisa diperbaiki dan ini jadi kebanggaan karena dilakukan secara swadaya," kata Zainal.
(dir/dir)