Menilik Kondisi Mesin Parkir Bandung yang Jarang Digunakan

Menilik Kondisi Mesin Parkir Bandung yang Jarang Digunakan

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Kamis, 12 Okt 2023 15:30 WIB
Mesin parkir elektronik di Kota Bandung.
Foto: Anindyadevi Aurellia/detikJabar
Bandung -

Kota Bandung sebagai smart city punya banyak cara untuk menata kota agar terlihat lebih cantik. Salah satunya dengan mesin parkir elektronik (e-Parkir).

Setelah diresmikan Ridwan Kamil yang saat itu menjabat Wali Kota Bandung pada tahun 2017, mesin berwarna merah itu menuai banyak tanggapan. Ada yang merasa tak efektif, ada pula yang merasa mesin ini mampu merepresentasikan citra kekinian kota Bandung.

Kini, wajahnya sudah tak lagi baru. Tak sulit juga menemukan mesin parkir yang sudah terlihat kotor, entah itu karena ditempeli stiker oleh orang tak bertanggung jawab, atau dicoret-coret.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagian warga pun masih merasa mesin parkir ini tak fungsional. Seperti Afif (31) pengendara sepeda motor yang mengaku masih selalu memberikan cash pada juru parkir. Padahal, niat awal pembangunan mesin ini untuk memudahkan retribusi parkir.

"Nggak merasa fungsional sih, nggak pernah pakai. Soalnya kan pernah tanya, itu harus pakai e-toll. Dan saya nggak punya e-toll, nggak pernah pakai mobil," cerita Afif yang sehari-hari berprofesi sebagai pekerja lepas sekaligus ojek online.

ADVERTISEMENT

Sementara itu Fifi (36) mengaku sudah pernah menggunakan mesin parkir ini saat menggunakan mobil. Katanya memang penggunaannya tergolong mudah, ia meminta bantuan juru parkir (jukir) kala itu. Tapi, menurut dia tak semua titik memiliki mesin parkir sehingga terbilang jarang menggunakannya.

"Saya pernah ke Jogja itu kan ada kantung parkir yang cukup besar ya di Malioboro. Nah kantung parkir besar di Braga kan belum ada, jadi masih ke parkir liar untuk mobil, itu kan harus ke jukir. Terus kemarin kan heboh parkir liar Asia Afrika, kata saya mah kenapa nggak dikelola terus dibuatin mesin parkirnya?" keluhnya.

Cerita Dzul (26) malah sedikit berbeda. Sebagai pengendara mobil, ia merasa tak perlu bayar ke mesin parkir karena nyatanya beberapa kali ia temui mesin parkir dalam keadaan mati.

"Beberapa kali nemuin mesin parkir itu mati di Braga. Jadi ya sudah bayar saja langsung cash ke jukirnya, karena udah bantu juga ngeluarin mobilnya. Jadi kalau mau itu betul kepakai ya harusnya kita semua punya e-toll dan mesinnya diawasin juga udah bener belum," ucap Dzul.

Sementara itu jukir di sekitar jalan Braga pun mengaku mesin parkir sebetulnya bisa digunakan. Namun, karena mayoritas pemakai sepeda motor membuatnya sedikit sulit untuk meminta agar tak menggunakan cash lagi.

"Sebetulnya bisa dipakai semua ini, mudah juga pakainya tinggal pakai kartu e-toll. Nggak, nggak ada yang rusak. Cuma ya itu kadang kan orang banyak pakai motor, langsung kasih cash. Nggak punya kartu e-toll gitu. Padahal mah harganya juga sama," kata Hermawan, salah satu jukir kota Bandung.

(aau/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads