Ibu mana yang tak terkejut, setelah kehilangan putrinya selama 12 tahun untuk merantau bekerja, tiba-tiba mendapat kabar anaknya telah tiada. Tuti Herawati (54) mulanya senang menyambut kepulangan sang putri, Dini Sera Afrianti alias Andini (27). Namun ia jatuh pingsan mengetahui bukan hangatnya senyuman Dini yang kembali, tetapi hanya badan sang putri yang sudah terbujur kaku.
Awalnya, kabar tersebut didapatkan oleh Elsa Rahayu (25), adik Dini. Ia mendapatkan kabar melalui direct message (Instagram) dari teman kosan Dini di Surabaya. Teman Dini mengabarkan jika kakaknya telah meninggal dunia karena jantung.
"Hari Rabu (4/10) dia DM aku tuh subuh ya 'Dek bales dong' karena kan takut, takut siapa gitu. 'Ini penting kakakmu meninggal' katanya di rumah sakit Surabaya karena serangan jantung. Kan sedih ya gitu kok serangan jantung soalnya dia nggak ada riwayat jantung," ujar Elsa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kematian Dini tentu mengagetkan, apa lagi kabar itu diterima di pagi buta. Elsa pun langsung memberitahu ibunya. Hingga akhirnya terungkap Dini dianiaya Gregorius Ronald Tannur (31), sang kekasih yang juga anak anggota DPR RI F-PKB.
"Mamah juga kaget kok serangan jantung katanya kan. Terus ditelepon langsung sama polisi dari Surabaya 'Bu bisa nggak ke sini?' Mamah nggak ada pikiran apa-apa gitu langsung terbang aja ke Surabaya ke sana. Waktu di sana baru ketahuan banyak memar-memar," ungkapnya.
Makam Dini di Sukabumi Foto: Siti Fatimah/detikJabar |
Dini memang meninggalkan rumah sejak 12 tahun lalu tepat saat anak Dini berusia empat bulan. Sang kakak sebetulnya memang anak yang tertutup. Bahkan ia pernah pergi dari rumah selama satu bulan.
Ibunya sempat lapor polisi untuk meminta bantuan pencarian Dini di Sukabumi. Selang satu tahun, upaya pencarian itu tak membuahkan hasil. Bahkan nomor kontak dan akun media sosial pun diblokir.
"Keluarga berpikirnya positif saja, meski nggak ketemu asal Teh Dini sehat. Setahun kita cari-cari, hilang kontak, facebook dan medsos lain diblokir," ujar Elsa.
Singkat cerita, sekitar tahun 2015-2016, Elsa tiba-tiba mendapatkan pesan dari Bibinya sekaligus ibu angkat Dini di Kuala Lumpur. Melalui pesan tersebut, Bibi Elsa mengabarkan jika Dini ada di Kuala Lumpur dan memberikan nomor handphone Dini.
Melalui pesan tersebut, Dini meminta maaf karena tak mengabari keluarganya dan menanyakan kabar DR (12) anak Dini.
"Saya kirim pesan singkat. Teh Dini telepon, saya tanya 'Teh kemana saja,' nggak mau ngungkit yang lalu, kita sudah damai. Ga ngungkit kenapa kabur. Ditanya katanya kerja di Surabaya tapi waktu tahun 2016 di Kuala Lumpur," kata Elsa.
Hingga akhirnya sekitar tiga bulan lalu, komunikasi antara Dini dan ibunya pun semakin intens. Dini bercerita jika ia di Surabaya bekerja sebagai SPG di salah satu pusat perbelanjaan. Namun, Dini tak pernah cerita jika ia dianiaya kekasihnya.
Sebelum ditemukan meninggal dunia, pada Agustus, Dini sempat menghubungi ibunya ingin pulang ke Sukabumi dan melihat anak laki-lakinya. Menurutnya, keinginan Dini itu jadi firasat jika ia benar-benar pulang namun dengan kondisi telah meninggal dunia.
"Itu katanya telepon ke mamah 'Mah pengen pulang' katanya gitu pengen lihat anak gitu, cuman kayak firasat mungkin ya pengen pulang katanya pengen ke sini. Kata mamah 'nanti mamah yang ke sana kalau nggak Dini yang ke sini," cerita Tuti, sang ibunda.
Hingga saat ini, pihak keluarga menyerahkan seluruh penanganan kasus kematian Dini pada kuasa hukum. Dia berharap, pelaku diberikan hukuman seberat-beratnya.
(aau/yum)











































