Cerita Ujang Tukang Cuanki, Berkawan Malam Menyambung Kehidupan

Cerita Ujang Tukang Cuanki, Berkawan Malam Menyambung Kehidupan

Muhammad Hasanuddin Zuhdi - detikJabar
Senin, 09 Okt 2023 02:30 WIB
Ujang Maulana, pedagang cuanki
Ujang Maulana, pedagang cuanki (Foto: Muhammad Hasanuddin Zuhdi)
Bandung -

Sore hari adalah waktu bagi orang-orang berlalu lalang, ingin pulang ke kediamannya masing-masing. Namun, ada yang berbeda di tepi Jalan Raya Surapati, tepatnya di Taman Pusdai, Kota Bandung.

Seorang pria berbaju hitam dan beralaskan sendal, membawa gendongan jajanan cuanki yang masih panas untuk ditawarkan ke pelanggan yang akan berdatangan. Dengan telatennya, ia menggelar terpal disana agar dapat dipakai ketika orang-orang membeli dagangannya.

Di tempat terbuka itu, ia merintis usaha bakso cuanki bersama pedagang lainnya yang berjejer disana. Sesekali, ia membuka hpnya sejenak sambil menunggu pembeli datang. Dan ketika itu, detikJabar pun mampir untuk membeli dagangannya sembari mengobrol bersamanya. Dari perbincangan itu, ada satu cerita perjuangan yang menginspirasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cerita ini datang dari seorang pedagang cuanki bernama Ujang Maulana. Dimana ia telah menjalani perjalanan hidup yang penuh liku-liku dan ketabahan.

Awalnya Ujang berasal dari Bogor. Lalu, ia dan keluarganya pindah ke Bandung demi mencari kehidupan yang lebih baik. Dia pernah bekerja dengan tekun di industri perhotelan sebagai gardener, akan tetapi nasib berkata lain pada tahun 2020 ketika pandemi melanda. PHK datang tanpa aba-aba, dan Ujang harus berpikir keras untuk mencari nafkah.

ADVERTISEMENT

"Pernah kerja di hotel bagian gardener yang halaman taman di hotel gitu. Terus keluar dari sana gara gara waktu itu Corona. Di sana tuh udah lama hampir 4 tahunan," ucapnya.

Setahun lamanya, Ujang pun menganggur. Ia lalu mencoba mencari pekerjaan tanpa hasil yang menggembirakan. Namun, tekadnya untuk menghidupi keluarganya tidak pernah luntur. Dia tahu bahwa, dia harus bergerak cepat. Akhirnya, pilihan jatuh pada berjualan cuanki.

Malam demi malam, dia berdiri di Taman Pusdai, dengan gendongan kompor kecil sebagai sumber penghasilannya yang mencapai Rp200.000 - Rp300.000 dalam sehari. Ujang menjual cuanki dengan harga terjangkau, hanya Rp15.000 per porsi. Tapi, hal yang luar biasa adalah jam kerjanya yakni dari pukul 5 sore hingga pukul 4 subuh.

Untuk menyambung hidup, Ujang tidak tidur. Malam adalah temannya, dan dengan setia, dia menjalani tugasnya sebagai pedagang cuanki. Setiap harinya, ia berjuang untuk menarik perhatian pelanggan, mulai dari yang lewat hingga mereka yang sengaja datang.

"Di sini itu ramai 24 jam dan banyak aja gitu. Ya ada aja yang beli ada gitu ya. Setiap hari biasanya yang beli anak-anak muda gitu," terangnya.

Ujang bukan hanya seorang pekerja keras, dia juga seorang ayah yang mencintai keluarganya. Dia memiliki seorang istri yang mendukungnya dan empat anak yang harus dia nafkahi. Meski anak pertamanya sudah menikah, tiga anak lainnya masih sekolah. Mereka adalah alasan kuat mengapa Ujang terus bergadang dan berjuang setiap malam.

"Kalau nggak gini kita gimana mau memperpanjang hidup gitu," katanya.

Meskipun kelelahan kadang-kadang menghampiri, semangatnya tak pernah padam. Dia bisa melayani hingga 35 pelanggan atau lebih setiap malam, dan kadang hanya 10 orang, tetapi setiap cuanki yang dia jual membawa harapan akan masa depan yang lebih baik untuk keluarganya.

"Istirahat gitu tetap di sini atur kondisi kita aja gitu. Harus sebanding lah istirahat sama kerja jualan. Jangan sampai kosong perut kalau malam. Jangan telat makan gitu. Angin malam sama angin siang kan beda ya," jelasnya.

Dalam pemandangan yang gelap dan sepi, Ujang bertahan dengan semangat dan ketabahan. Ia tahu bahwa tidur adalah sesuatu yang bisa ia korbankan demi anak-anak dan istri tercinta. Dan bukan sekadar perjuangan, ia juga harus bersaing untuk menarik perhatian pelanggan.

Kisah Ujang Maulana adalah kisah tentang perjuangan seorang ayah yang tak kenal lelah, tentang bagaimana pandemi dapat mengubah arah hidup seseorang, dan tentang keluarga yang menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi semua cobaan. Cuanki Ujang bukan sekadar hidangan lezat, itu adalah bukti betapa jauh seseorang dapat berjuang untuk menghidupi keluarganya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads