Seliweran bau kemenyan tercium ketika hendak melewati Jalan Bojongloa, Panjunan, Kota Bandung. Berjejer toko yang menjual barang berupa kemenyan, bunga-bunga setaman, lembaran kain kafan, ayam cemani, apel jin, dupa, hio, kendi dan barang lain untuk kegiatan ritual lainnya, yang menurut sebagian orang terkesan mistis dan menyeramkan.
Salah satunya adalah Kios Rampe Mba'mir milik Reko (39). Seluruh perjalan hidupnya dia habiskan untuk berjualan barang-barang 'mistis' tersebut. Mewarisi bisnis turun temurun dari nenek, orang tua, hingga sekarang dirinya menginjak di generasi ketiga.
"Kalau jualan rampe (sesajen) ini sih udah turun temurun, saya lanjutin bisnis keluarga dari nenek ke orang tua, terus ke saya, bisa dibilang saya ini generasi ketiganya," ucap Reko kepada detikJabar Senin (2/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selepas salat subuh, Reko beranjak menuju Jalan Bojongloa untuk membuka kiosnya dan menunggu para pelanggan setianya berkunjung dan membeli barang-barang yang dijualnya. Ini semua Reko lakukan demi menyambung kehidupan dan membiayai kehidupan istri dan kedua anaknya.
"Kalau dibilang ramai yah lumayan sih, tapi kadang juga sepi. Tapi biasanya ada hari-hari khusus dimana kios itu pasti ramai, contoh malam jumat kliwon, seminggu pada saat masuk bulan Ramadhan, sama hari Idul Fitri, karena kan biasanya suka ada ziarah ke makam yah," jelas Reko.
"Contoh kemarin pada saat Maulid Nabi, kadang kan masih suka ada orang yang percaya dan mandiin benda pusaka, contohnya nyiram gong yang masih suka ada di daerah Cirebon," lanjutnya.
Pekerjaan Reko yang bersinggungan dengan barang-barang 'mistis' ini, tidak menutup kemungkinan bahwa dirinya percaya akan hal-hal gaib. Menurutnya hal berbau mistis dan gaib itu ada.
"Hal gaib itu ada kang, tergantung persepsi kita aja sebenernya, dan dilingkungan saya juga ada beberapa orang hindu satu wihara," ucap Reko.
Hal serupa dilakoni oleh Dadang (56), pemilik kios Adista Rampe yang terletak di Jalan Terusan Pasir Koja, Cibadak, Kota Bandung. Dia telah menjadi generasi ketiga dalam menjalankan usaha milik keluarganya, yang sudah berdiri selama 60 tahun lamanya.
"Kalau di sini jadi generasi ketiga, dulu punya nenek, terus lanjut ke uwa, baru sekarang ke ibu. Sekitar 60 tahun usaha rampe ini berjalan, jadi alasan ibu bisnis rampe ini, ya karena nerusin bisnis keluarga aja," ucap Dadang.
Sama dengan kios-kios rampe pada umumnya, di sini Dadang menjual berbagai jenis barang ritual, mulai dari peralatan jenazah, grabah, kendi, gentong, sajen, dan barang-barang mistis lainnya. Namun, tak hanya digunakan untuk kegiatan ritual saja, sering kali orang-orang membeli barang mistis ini sebagai peralatan untuk memasak.
"Tapi sebenernya, barang-barang mistis ini nggak cuma dipake buat sesajen saja, contoh ada kendi atau guci yang sering dipake orang buat menampung air minum atau bersih," ujar Dadang.
(mso/mso)