Mengutip detikTravel dari CNBC Indonesia, ternyata aksi serupa gladiator juga pernah terjadi di Indonesia, tepatnya di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada 3 September 1968.
Tak diketahui motivasi panitia menggelar duel maut tersebut. Yang jelas, saat itu pria bernama Bandot Lahardo menjadi penantang hewan buas di GBK.
Reuters menyebut Bandot pernah menghabisi seekor harimau dan dua kerbau dengan tangan kosong. Itulah alasan yang mendorong Bandot diundang untuk bertarung dengan hewan buas di GBK.
"Kalau saya mati atau gagal melawan banteng dan harimau tersebut, keluarga saya tidak berhak menuntut apa-apa kepada panitia," demikian tulis perjanjian antara Bandot dengan panitia pertarungan, dikutip Tempo 20 Mei 1972.
Hingga akhirnya hari pelaksanaan pun tiba. Pada minggu pagi yang cerah, masyarakat sangat antusias menghadiri duel tersebut.
Seluruh bangku di GBK, baik dari kelas biasa hingga VIP, terisi penuh. Bahkan, Menteri Luar Negeri Adam Malik yang kelak menjadi Wakil Presiden RI Ke-2 turut hadir menyaksikan duel gladiator pertama di Indonesia. Total, ada 100 ribu orang yang memenuhi GBK. Mereka sampai membawa teropong untuk menyaksikan Bandot menghajar singa buas itu.
Meski begitu, hasil pertandingan yang berlangsung di luar harapan penonton. Lautan manusia yang hadir kecewa. Mereka menyoraki Bandot karena tidak terjadi pertumpahan darah. Rupanya si singa yang ditandingkan malas bertarung melawan Bandot.
Bandot sudah beberapa kali memancing emosi, tetapi gagal membuat singa marah. Singa tersebut hanya berputar-putar arena saja, tanpa sekalipun menyerang Bandot.
"Dia hanya mengaum sekali lalu loyo bagaikan kucing malu menghadapi sang gladiator," tulis Tempo.
Setelah singa gagal, panitia kemudian memasukkan banteng ke arena pertandingan. Meski begitu, banteng yang awalnya sangat ganas, tiba-tiba loyo di hadapan Bandot. Banteng hanya sekali menubruk dada Bandot sebelum akhirnya bertingkah laku seperti singa itu.
Alhasil, Bandot yang berpenampilan bak jagoan: telanjang dada berbadan kekar dan pakai ikat kepala dan celana hitam, harus keluar arena tanpa bercak darah di tubuhnya. Penonton pun menyoraki dan menyalahkan habis-habisan Bandot karena duel tidak memuaskan.
Singa Disebut Ketakutan
Si Raja Hutan ogah melawan Bandot Lahardo yang disebut-sebut pernah membunuh seekor kerbau dan harimau. Algemeen Dagblad pun berkelakar dalam laporannya, surat kabar berbahasa Belanda itu menyebut singa seakan sudah mengetahui tentang ganasnya Bandot Lahardo.
"Singa itu menggeram sesuatu dan memunggungi pria itu. Raja binatang mungkin pernah mendengar tentang eksploitasi Lahardo, yang baru-baru ini membunuh seekor harimau dan dua ekor kerbau dengan tangan kosong di Jawa Timur," tulis Algemeen Dagblad .
Laporan serupa juga Reuters yang dikutip Het vrije volk: democratisch-socialistisch dagblad edisi Jumat, September 1968. Surat kabar ini menuliskan judul yang nyeleneh, yakni 'Singa Pemalas Harus Masuk Arena'.
"Singa pemalas, yang menyerah pada hidup dan mati pada hari Minggu. untuk melawan tangan kosong Bandot Lahardo, harus tampil di arena lagi," tulis Het vrije volk.
Het vrije volk menyebut Bandot Lahardo bertelanjang dada dan hanya mengenakan cawat. "Hewan itu sedang tidak mood dan menghindari pria itu, meskipun ada peluit dari tribun. Oleh karena itu Lahardo memanggil seekor banteng, yang tanpa ragu-ragu merobek dadanya," tulis Het vrije volk.
Artikel ini telah tayang di detikTravel dari CNBC Indonesia dengan judul GBK Pernah Jadi Saksi Bisu Pertunjukan Duel Maut Gladiator (sud/yum)