Ibu Guritno (70) tinggal seorang diri di rumah mewah yang usang, di Kabupaten Bandung. Setiap malam dia hanya berteman dengan gelap dan keheningan.
Pepohonan yang rimbun hampir menutupi seluruh area rumahnya. Tak hanya itu terdapat satu pohon yang tumbang ke genteng atap rumahnya.
Guritno harus menjalani hidup di rumah tanpa listrik dan air selama puluhan tahun. Untungnya dia memiliki tetangga baik yang kerap membantu memberi air untuk keperluannya sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dadang, warga sekitar mengungkapkan, Guritno telah puluhan tahun tinggal di rumah mewah yang usang itu. Bahkan sejak 10 tahun lalu, rumah Guritno tak lagi tersambung listrik dan pasokan air.
"Yang saya tahu, tahun 2008 atau 2009 mah masih nyala listriknya. Kayanya mah matinya tahun 2010-an lah," ujar Dadang, saat ditemui detikJabar, Senin (2/10/2023).
Menurutnya setiap malam Bu Guritno berteman hanya dengan kegelapan. Kemudian pada saat pagi hari Guritno kerap meminta makanan dan pasokan air kepada warga.
"Biasanya kalau keluar setelah solat subuh sampai jam 06.00 WIB atau sekitar jam 07.00 WIB, karena dia pasti minta air ke saya. Tiap hari minta air dua galon, dan minta buat sarapan. Kalau ada ya saya bantu, kalau nggak ada ya gimana lagi," katanya.
Selama bertahun-tahun pasokan makanan dan minuman selalu diberikan oleh tetangganya. Tak jarang kebutuhan air pun dikirim oleh warga.
"Ke sini sarapan sudah disedian. Galon simpen, nanti dianterin, ada juga keperluan deterjen kopi ya saya kasihin aja," ucapnya.
Menurutnya dalam kesehariannya Bu Guritno hanya berdiam diri di rumah. Makanya saat ini jarang bersosialisasi dengan warga lain.
"Iyah kalau komunikasi biasa aja. Jadi kadang bener, kadang nggak nyambung. Pokonya jangan lama-lama lah ngobrol sama dia mah," jelasnya.
Pihaknya menjelaskan, awalnya wanita paruh baya tersebut tinggal dengan bahagia bersama suami dan anak-anaknya. Namun semua berubah saat keduanya keluar dari perusahaan IPTN yang saat ini PTDI 2003 silam.
"Awal begitunya pas IPTN nya mau bangkrut. Soalnya biasanya mah suka barengan kalau kerja. Terus katanya si Ibu cemburu ke salah satu pegawai di sana. Sampai akhirnya suaminya meninggal," ungkapnya.
Sepeninggal suaminya, kondisi ekonomi Ibu Guritno semakin sulit. Bahkan sempat dibawa berobat ke rumah sakit jiwa dan sempat sembuh.
"Kesini-kesini si ibu itu jadi makin sakit, anak-anaknya pun gak bisa apa-apa. Sempat ke RSJ 10 tahun ke belakang. Langsung sudah membaik, ada yang nanya juga menjawab biasa saja. Tapi makin ke sini lama-lama obatnya abis sendiri. Dulu mah kadang suka jalan keliling komplek sambil teriak-teriak. Tapi sekarang-sekarang mah nggak," ucapnya.
Kesendirian Ibu Guritno pun berlanjut saat ketiga anak-anaknya pun mulai menikah dan meninggalkan Ibu Guritno seorang diri. Sehingga kesehatan Ibu Guritno tidak terpantau.
"Anak-anaknya pada nikah, nggak pada tinggal di sini," pungkasnya.
(mso/mso)