Dua Sisi Pedagang Pasar Andir soal Social Commerce Dilarang

Dua Sisi Pedagang Pasar Andir soal Social Commerce Dilarang

Sativa Alifia Putri - detikJabar
Rabu, 27 Sep 2023 06:15 WIB
Suasana di Pasar Andir, Kota Bandung.
Suasana di Pasar Andir, Kota Bandung. (Foto: Sativa Alifia Putri/detikJabar)
Bandung -

Pedagang di Pasar Andir Kota Bandung menyambut larangan transaksi langsung di media sosial atau social commerce dengan dua sisi. Itu karena transaksi yang ada dituding jadi penyebab sepinya pusat perbelanjaan dan pedagang jadi minim cuan.

Elis (41), pegawai toko gamis di Pasar Andir, menceritakan kesulitan yang dialami akibat adanya persaingan dengan harga yang tidak seimbang dengan barang yang dijual di social commerce, misalnya TikTok Shop.

"Kayak di TikTok gitu, harganya kok murah banget, padahal gamisnya sama kayak kita, tapi kenapa sih murah banget di TikTok," ucap Elis di lokasi, Selasa (26/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibat persaingan perdagangan 'konvensional' dengan social commerce, menurutnya banyak pedagang di Pasar Andir bertumbangan. Bahkan banyak toko atau kios yang tutup.

"Dulu keadaan Pasar Andir ramai, sekarang mah begini. Blok N, M, sama blok yang ke sana mah banyak yang tutup, di lantai dua juga," tutur Elis.

ADVERTISEMENT

Ia pun tahu betul bagaimana dampak hebat dari social commerce. Sehingga, ketika ada larangan penggunaan TikTok Shop dan social commerde lainnya di Indonesia, ia menyambut hangat. Ia menantikan perkembangan dari berlakunya aturan tersebut.

"Bagus kata saya mah, soalnya dari dulu belum ada TikTok Shop, cuma WhatsApp, Instagram, atau Facebook mah nggak kenapa-kenapa," ucap Elis.

Suasana di Pasar Andir, Kota Bandung.Suasana di Pasar Andir, Kota Bandung. (Foto: Sativa Alifia Putri/detikJabar)

Witri (21), pegawai toko celana jeans di Pasar Andir mengatakan hal serupa dengan Elis. Pembeli menurun, apalagi sejak adanya pandemi COVID-19.

"Jadi sepi, satu atau dua mah ada, cuma nggak banyak. Sabtu Minggu juga, padahal weekend, tetapi sepi," ujarnya.

Karena penjualan offline sepi, toko tempatnya bekerja mulai bergerak secara online, yaitu dengan memaksimalkan TikTok Shop. Ia merasa orderan yang masuk melalui TikTok Shop cukup lumayan.

Sehingga, alih-alih setuju ada pelarangan, ia justru setuju social commerce tetap diperbolehkan jadi tempat transaksi. "Harapannya sih jangan ditutup (TikTok shop)," katanya.

"Ada orderan setiap hari masuk, lumayan. Kalau ngandelin di toko tidak banyak dan tidak setiap hari," Jelas Witri.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads