Cerita Oi Nurul Bagja, Kecintaan pada Angklung Jadi Alasan Bertahan

Cerita Oi Nurul Bagja, Kecintaan pada Angklung Jadi Alasan Bertahan

Hanifah Salsabila - detikJabar
Senin, 11 Sep 2023 17:06 WIB
Oi Nurul Bagja, anggota terlama Tim Muhibah Angklung
Oi Nurul Bagja, anggota terlama Tim Muhibah Angklung (Foto: Istimewa/Tim Muhibah Angklung)
Bandung -

Tim Muhibah Angklung menampilkan permainan angklungnya pada Gala Premiere The Journey: Angklung Goes to Europe di CinΓ©polis Istana Plaza Bandung pada Minggu (10/9/2023).

Film The Journey: Angklung Goes to Europe ini merupakan sebuah film garapan Maulana Syuhada yang menceritakan perjalanan tim Muhibah Angklung melakukan perjalanan ke Eropa untuk mengenalkan budaya angklung sebagai salah satu budaya lokal Sunda yang kini telah ditetapkan sebagai budaya dunia oleh Unesco sejak 2010.

Sutradara film The Journey: Angklung Goes to Europe Maulana Syuhada mengatakan bahwa mayoritas anggota Tim Muhibah Angklung saat ini adalah mereka yang turut tampil di tur Amerika Serikat 2020 dan Eropa 2018.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanya ada dua anggota dari Eropa 2016 yang masih setia bersama Tim Muhibah Angklung yang berbasis di Bandung ini.

Dari 35 anggota Tim Muhibah Angklung yang terbang ke Zakopane tujuh tahun lalu, Oi Nurul Bagja adalah salah satu anggota yang masih bertahan hingga hari ini. Anggota Eropa 2016 lainnya adalah Audita, sang pemain bass.

ADVERTISEMENT

"Oi adalah member yang paling lama dan mengikuti semua journey yang pernah ada dilakukan oleh Tim Muhibah," sebut Maulana.

Bergabung pada 2016, Oi mengaku sangat menikmati waktunya bersama Tim Muhibah Angklung. Lewat kelompok pecinta angklung ini, Oi mendapatkan banyak pengalaman yang sangat berharga. Rasa cintanya pada angklung dan tim membuat Oi terus mendedikasikan dirinya pada tim ini.

"Karena udah terlanjur sayang sama cinta banget sih sama Muhibah. Karena selama di Muhibah dari 2016 sampe tahun ini, aku dikasih banyak banget pengalaman hidup, banyak banget pelajaran yang itu nggak bisa aku dapetin di mana-mana," terang Oi.

Bagi Oi, daya tarik angklung terletak pada bagaimana luasnya jangkauan lagu yang dapat dimainkan menggunakan angklung. Kemagisan yang ditimbulkan membuat Oi jatuh cinta pada angklung, alat musik tradisional asli Jawa Barat.

"At some point, kalau bagi aku, angklung itu punya daya magisnya tersendiri. Aku dari pertama main angklung itu nggak nyangka angklung itu bisa semagis itu, si lagu yang dibawain sama angklung," lanjut Oi yang kini melanjutkan studinya di Universitas Indonesia.

Berkeliling dunia bersama Tim Muhibah Angklung selama tujuh tahun lamanya, Zakopane masih menjadi favorit bagi Oi. Pengalaman tampil dalam kompetisi di Zakopane memiliki tempat istimewa di hatinya. Emosi anggota yang terpupuk dalam hati masing-masing sejak keberangkatan hingga penampilan terakhir itu akhirnya meluap setelah semua turun dari panggung.

"Karena di situ di penampilan terakhirnya, terutama di kompetisi, emosinya di situ semuanya kekumpul dan meledak setelah si kompetisinya selesai. Jadi semua orang nangis," tuturnya

Sebagai pribadi yang mencintai angklung, Oi berharap banyak untuk angklung bisa dikenal lebih luas lagi di dunia. Namun, sebelum angklung menyentuh hati setiap orang di dunia, Oi juga berharap agar masyarakat Indonesia bisa lebih dulu mencintai budayanya, tak terkecuali angklung. Oi ingin agar rakyat Indonesia bisa merasa lebih bangga pada budaya lokal.

"Harapanku pribadi sih sebenernya (angklung) lebih dikembangin lagi. Lebih dikenal lagi, lebih dikembangin lagi sama tim-tim angklung di Indonesia. Bikin angklung itu bisa direkognisi lagi sama dunia, sama orang indonesia juga bikin lebih bangga lagi lah sama budaya Indonesia," tutup Oi.




(tya/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads