Tujuh tahun berlalu, film dokumenter The Journey: Angklung Goes to Europe akhirnya rampung dan siap untuk ditonton publik. Perjalanan Tim Muhibah Angklung ke Eropa yang diperlihatkan dari film ini terjadi pada 2016 lalu. Mereka mengunjungi tujuh negara di Eropa dengan misi khusus. Mengenalkan angklung pada dunia. Misi mulia yang dibawa oleh sekelompok anak SMA dan kuliah dari Jawa Barat.
Sebanyak 35 anak yang mencintai angklung dengan bangga menampilkan permainan angklungnya ke hadapan dunia. Tidak hanya itu, mereka juga turut serta berpartisipasi dalam sejumlah kompetisi dalam kurun waktu sebulan di Eropa. Tujuan akhir Tim Muhibah Angklung adalah 48th International Festival of Highland Folklore di Zakopane, Polandia. Festival tersebut adalah salah satu festival budaya terbesar dan tertua di Eropa.
Pada awalnya, Sutradara The Journey: Angklung Goes to Europe Maulana M. Syuhada menginginkan sebuah film fiksi tentang perjalanan Tim Muhibah Angklung. Namun, karena adanya keterbatasan dana, film fiksi tersebut bertransformasi menjadi film dokumenter. Rencana awal di mana anggota Tim Muhibah Angklung akan terlibat dalam film fiksi berubah menjadi benar-benar ikut serta dalam beberapa festival budaya dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi yang tadinya tim ini dipersiapkan untuk di film, akhirnya mereka jadi ke festival beneran," tutur Maulana pada Gala Premiere The Journey: Angklung Goes to Europe di Cinepolis Istana Plaza, Bandung, pada Minggu (10/9/2023).
Permasalahan pendanaan juga masih melingkupi Maulana dan tim menjelang keberangkatan. Sponsor mereka angkat kaki. Namun, hal ini tidak diketahui para pemain angklung. Tepat lima hari sebelum keberangkatan, Maulana baru mendapatkan uang yang akan membawa mereka ke tanah Eropa.
"H-5 baru ada uang. Tapi mereka nggak pernah tau bahwa selama itu uang nggak pernah ada. Karena memang sponsor yg bilang mendanai cabut di tengah-tengah," kata Maul.
Anggota Tim Muhibah Angklung saat itu membenarkan. Ketidaktahuan ini disampaikan Oi, salah satu anggota Tim Muhibah Angklung yang terlibat dalam perjalanan ke Eropa itu.
"Kita tahunya latihan untuk berangkat, yang penting latihannya maksimal. Biar nanti di Zakopane-nya kita bisa maksimal dan optimal banget buat Indonesia, buat Tim Muhibah Angklung gitu. Jadi waktu persiapan nggak ada tuh kepikiran tentang dana. Kita tahunya emang udah aman-aman aja gitu," terang Oi.
Film yang menyuguhkan perjalanan pecinta angklung ini menyentuh hati setiap penonton yang hadir. Murninya gambar-gambar yang ditampilkan seolah mengajak serta penonton untuk ikut dalam perjalanan Tim Muhibah Angklung.
"Saya merasa jadi bagian dalam perjalanan Kang Maul dan Tim Muhibah. Begitu menyentuh. Saya jadi ikut jalan-jalan," kata seorang penonton.
Sayangnya, film dokumenter ini belum bisa naik ke layar lebar untuk dinikmati seluruh rakyat Indonesia. Hak cipta lagu-lagu yang harus dibayarkan menjadi kendala, mengingat penayangan di layar lebar terhitung komersiil.
"Adapun untuk masuk bioskop masih susah. Seperti yang Mbak Amel bilang, kita ada kendala di copyright, lisensi musik-musiknya, itu mahal sekali," kata Maul.
Namun, lika-liku perjalanan Tim Muhibah Angklung 2016 saat ini tetap bisa disaksikan bagi kamu yang tinggal di Bandung dan sekitarnya. Film dapat disaksikan lewat penayangan mingguan (weekly screening) di Rumah Angklung, Bandung. Film The Journey: Angklung Goes to Europe akan ditayangkan setiap Sabtu, terhitung sejak 16 September hingga 2 Desember 2023. Jika detikers tertarik, kamu bisa melakukan registrasi lewat akun instagram @film.thejourney tanpa dipungut biaya.
(tya/tey)