Jawa Barat kini harus segera menyalakan alarm tanda bahaya. Penyebabnya, karena sejumlah daerah sekarang mulai disergap bencana kekeringan yang berdampak kepada aktivitas masyarakat.
Berdasarkan rangkuman detikJabar, bencana kekeringan telah melanda sejumlah daerah seperti Kabupaten Bandung, Garut, hingga sejumlah wilayah lain di Jawa Barat. Kemarau panjang menjadi pemicu sehingga daerah-daerah tersebut kini mengalami krisis air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Contohnya di Kabupaten Bandung, warga yang terdampak pun kini kesulitan untuk mendapat air bersih. Kekeringan di sana sudah dirasakan warga sejak 3 bulan terakhir. Bahkan terkadang, ada beberapa warga yang terpaksa membeli air bersih meski harus merogoh kocek dari kantong pribadinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya kesulitan, kualitas air di wilayah itu pun masih menjadi permasalahan. Namun, kesulitan air bersih tersebut sedikit teratasi dengan bantuan pemerintah setempat dan polisi yang membangun sumur pompa yang nantinya bisa dinikmati masyarakat.
Selain di Bandung, warga di Kabupaten Garut juga sedang mengalami kesulitan air bersih. Imbasnya pun berdampak kepada petani hingga membuat mereka mengalami gagal panen.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Garut, dari 42 kecamatan yang ada di Garut, 19 di antaranya dalam status siaga kekeringan. Ada juga 10 kecamatan yang termasuk kategori tanggap darurat kekeringan.
Pemkab Garut pun sudah menetapkan masa tanggap darurat bencana kekeringan. Masa tanggap darurat kekeringan berlaku hingga 10 September 2023 mendatang.
Di sektor pertanian, ada dua kecamatan yang terdampak paling parah oleh kekeringan yaitu Kecamatan Pasirwangi dan Kecamatan Selaawi. Di Kecamatan Pasirwangi, ada 7 hektare sawah yang mengalami puso. Sedangkan di Selaawi, sedikitnya 15 hektare sawah warga yang mengalami hal serupa.
Dinas Pertanian Kabupaten Garut mencatat dari total 42 ribu hektare sawah yang ada di Garut, 163 hektare di antaranya kini terdampak kekeringan. Seluas 70 hektare sawah dalam keadaan kekeringan sedang, dan 36 hektare lainnya dalam kondisi berat.
"Ada 22 hektare sawah yang mengalami puso. Yang puso ini memang sudah tidak bisa ditolong lagi. Karena hampir sebagian besar di atas 75 persen sudah terkena kekeringan. Sehingga petani tidak bisa menghasilkan produksi sama sekali," kata Kepala Dinas Pertanian Beni Yoga.
Gagal panen yang dialami para petani ini berdampak pada harga beras di pasaran. Di Pasar Mandalagiri, Kecamatan Garut Kota, harga beras kini mencapai Rp 17 ribu per kilogram untuk jenis premium. Sedangkan beras yang paling terjangkau, berada di kisaran Rp 13,5 ribu per kilogram.
Bupati Garut Rudy Gunawan saat ini mengeluarkan kebijakan untuk menyalurkan bantuan beras untuk masyarakat miskin di Kabupaten Garut. Selain beras gratis untuk warga di bawah garis kemiskinan, Pemkab Garut juga berencana untuk mensubsidi harga beras agar bisa lebih terjangkau oleh masyarakat dengan program operasi pasar murah.
"Ini hanya ditujukan untuk emergency. Bagi mereka, saudara-saudara kita yang kesulitan untuk bisa mendapatkan beras. Tidak boleh ada masyarakat Garut yang tidak makan," kata Rudy.
Sementara perihal kebutuhan air bersih untuk warga, saat ini banyak pihak yang mulai turun tangan. Pemkab Garut berkolaborasi dengan TNI-Polri untuk menyalurkan air bersih ke perkampungan-perkampungan warga yang terdampak.
Berdasarkan data BPBD Jabar, 15 kabupaten/kota saat ini mulai terdampak kekeringan periode 1 Januari - 4 September 2023. Diantaranya Bogor, Sukabumi, Garut, Bandung Barat, Purwakarta, Majalengka, Karawang, Subang, Cirebon hingga Pangandaran.
"Total ada 156 desa di Jabar yang terdampak kekeringan ini. Desa ini kesulitan air bersih," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Jabar Hadi Rahmat, Kamis (7/9/2023).
Kabupaten Bogor jadi wilayah yang paling merasakan dampak kekeringan saat ini. Disana, ada 71 desa dengan 27.299 kepala keluarga (KK) yang mengalami kesulitan air bersih.
Sedangkan Sukabumi, jadi daerah berikutnya yang juga terdampak. Di Sukabumi, ada 7.399 KK yang mengalami kesulitan air bersih. BPBD kata Hadi juga mulai mendistribusikan bantuan air bersih untuk mengatasi masalah kekeringan itu.
"Di Jabar warga yang terdampak dan kekurangan air bersih ada 51.607 KK. Bantuan air bersih telah disalurkan sebanyak 1.427.480 liter pada semua daerah yang kekeringan," ungkapnya.
Selain kekeringan, kemarau menyebabkan sejumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terjadi. Hingga saat ini, menurutnya ada 313,9 hektare lahan yang terbakar. "Wilayah lahan pertanian yang terdampak kebakaran hutan paling luas ada di Kuningan sebanyak 165,2 hektare," tutup Hadi.
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin pun mengungkapkan, dia akan langsung memimpin rapat pimpinan yang dihadiri oleh kepala dinas di lingkungan Pemprov Jabar. Dalam rapat itu, tiga fokus utama Bey selama menjadi Pj Gubernur Jabar akan dibahas.
"Nanti dalam rapim yang utama tentang inflasi kita jaga inflasi, tentang stunting, juga ancaman kekeringan. Itu 3 fokus utama," tegas Deputi Bidang Pers dan Media Sekretariat Presiden ini.
"Nanti semua dinas akan hadir, termasuk isu sampah," pungkasnya.
(ral/mso)