Kerennya Inovasi Berbasis AI Diash dkk di Bandung Datathon 2023

Kerennya Inovasi Berbasis AI Diash dkk di Bandung Datathon 2023

Fitroh Rara Azzahro - detikJabar
Kamis, 07 Sep 2023 11:00 WIB
Pemenang Juara 1 Bandung Datathon 2023
Pemenang Juara 1 Bandung Datathon 2023 (Foto: Fitroh Rara Azzahro)
Bandung -

Bandung Datathon merupakan kompetisi kreativitas dengan memanfaatkan data terbuka untuk memecahkan masalah di perkotaan. Peserta dari kompetisi tersebut merupakan gabungan dari elemen masyarakat Kota Bandung. Datathon digelar rutin setiap tahunnya sejak tahun 2016.

Dalam kegiatan Bandung Datathon 2023 yang bertemakan kesehatan bertajuk "Transforming Public Health Service dari Dimensi Smart Health" terdapat tiga pemenang yang dinilai mumpuni dalam membuat inovasi dalam layanan kesehatan.

Diash Firdaus (28) merupakan pemenang juara satu dalam kompetisi Bandung Datathon 2023 bersama dengan kawan satu timnya membuat sebuah aplikasi bernama SALIRA atau Sistem Anamnesa Ku Nyalira idenya ini berasal dari beberapa kasus pasien yang selalu datang kepada fasilitas kesehatan dengan keadaan memiliki penyakit ringan hingga kronis namun perlu menunggu antrean serta mengurus administrasi yang panjang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi awalnya sih karena pasien sering dateng ke fasilitas kesehatan tapi kadang dia tuh gak tepat datengnya, kadang udah parah banget atau misalnya keluhannya ringan tapi dia udah dateng ke puskesmas jadi harus antri, harus nunggu lama daftar dengan tetek-bengek nya di fasilitas kesehatan," ungkapnya pada detikJabar saat ditemui di Hotel Mutiara.

Kegunaan aplikasi yang dibuat oleh Diash bersama kawan-kawannya untuk mengetahui apakah pasien tersebut lebih mengetahui penyakit yang dialaminya, sehingga pasien tersebut mengetahui perlu mengunjungi faskes atau tidak.

ADVERTISEMENT

"Kita tuh menghindari gimana sih agar tidak terjadi hal itu, kita membuat aplikasi untuk biar pasien itu self assesment dulu diri sendirinya dia memahami dirinya sendiri itu tuh sakitnya udah segimana udah parah atau belum harus ke dokter atau tidak, seperti itu sih," ungkapnya

Gunakan AI

Bina Alifya Ilman (21) rekan satu tim Diash pun menambahkan, terdapat keunggulan dari aplikasi yang dibuat oleh timnya yakni penggunakan Artificial Intelligence (AI) berupa chat bot yang akan memberikan beberapa pertanyaan kepada pasien.

"Jadi untuk fitur-fiturnya nya ada kaya assesment jadi secara yang tadi dijelaskan ada AI nah disitu kita meng-create aplikasi itu dalam bentuk chat bot tapi itu bukan diagnosis tapi itu sebuah anamnesa," jelas Bina.

Menurut Bina alasan penggunaan AI karena mengikuti perkembangan jaman yang telah banyak merubah kegiatan menggunakan mesin-mesin modern.

"Sekarang udah zamannya digitalisasi udah jamannya modern, jadi semua yang berhubungan dengan fisik itu diganti dengan digitalisasi," ungkap Bina.

Diash pun menambahkan jika penggunaan AI ini untuk mengurangi jumlah pasien yang membutuhkan dokter, sebab saat ini beban kerja dokter dalam sehari sudah melebihi batas yang seharusnya.

"Lebih ke beban kerja dokter sehari bisa berapa pasien, kalau dengan itu kan bisa diminimalisir jumlah pasiennya. Saat ini di Bandung aja 1:2000 jadi satu dokter memeriksa 2.000 pasien padahal idealnya itu 1:1000. Jadi mudah-mudahan dari itu bisa diminimalisir kunjungan pasien ke puskesmas, terus menghindari ini juga kegawatdaruratan jadi orang tuh dateng bukan dalam keadaan gawat darurat," pungkasnya.

Chief Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Setiajiyang hadir dalam kompetisi Datathon 2023

Anhar Hadian selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Anhar yang menjadi juri dalam acara tersebut mengungkapkan 6 kriteria pemenang yang ditetapkan oleh panitia. Kriteria tersebut didasarkan kepada inovasi yang baru serta dampaknya terhadap masyarakat.

"Ada 6 kriteria yang ditetapkan oleh panitia, tapi secara umum kalau disederhanakan. Pertama konsepnya itu hal yang baru atau segar, inovasi yang baru atau tidak. Kemudian dampaknya kalau ini diterapkan, ada beberapa ide bahkan skalanya bisa skala nasional. Tidak hanya skala Kota Bandung, jadi seberapa luas dampaknya," ungkap Anhar.

Menurut Anhar, peserta lomba memberikan banyak ide-ide baru yang bisa diterapkan di lingkungan kesehatan. Selain itu, ide dan gagasan yang dipresentasikan oleh peserta memberikan inspirasi untuk diterapkan di ranah kesehatan Kota Bandung.

"Dari sepuluh kelompok yang tampil tadi, menurut saya semuanya juga bagus banget. Kemudian buat saya pribadi sebagai kepala dinas, inspiratif peserta memberikan ide-ide baru atau hal-hal baru yang bakal banyak diterapkan di lingkungan kesehatan. Bukan hanya dinas kesehatan, tetapi ranah kesehatan Kota Bandung" pungkasnya.

memberikan pujian kepada peserta dalam melakukan riset data yang dilakukan. Ia berharap hasil akhir peserta bisa menjadi sebuah solusi yang diterapkan untuk Kota Bandung.

"Karena ini berangkatnya dari data ya, pasti kan ini kondisi yang memang real, bukan berdasarkan feeling dan sebagainya. Nah ini tentunya menjadi sebuah solusi yang valid, yang bisa diterapkan untuk di Kota Bandung," kata Setiaji.

Setiaji juga menyinggung soal penerapan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam membantu dunia kesehatan. Menurutnya perkembangan teknologi AI dapat membantu menyelesaikan permasalahan kesehatan di Indonesia.

"Kemudian juga bagaimana menerapkan teknologi kedepannya, yaitu AI. Sehingga AI itu akan jadi sebuah solusi yang bisa membantu menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia," ujar Setiaji.

Dirinya mewakili Kementerian Kesehatan siap memberikan dukungan kepada peserta untuk bisa memberikan dampak bermanfaat kepada masyarakat dari penggunaan teknologi di bidang kesehatan yang digagas oleh peserta.

"Kami dari Kemenkes tentunya siap untuk mensupport, bukan hanya kegiatan ini tetapi juga para pemenang agar bisa bermanfaat dan saling terintegrasi sehingga dampaknya akan bisa cukup luas," tambahnya.

(yum/yum)


Hide Ads