Akhir Derita Toekoe, Gajah Berandal yang Membuat Belanda Kelabakan

Lorong Waktu

Akhir Derita Toekoe, Gajah Berandal yang Membuat Belanda Kelabakan

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Minggu, 03 Sep 2023 18:00 WIB
Toekoe gajah berandal (Istimewa/Dok Sukabumi History)
Toekoe gajah berandal (Istimewa/Dok Sukabumi History)
Sukabumi -

Sebuah pemberitaan di koran lawas Belanda De Nieuwe Courant yang terbit pada 16 Januari 1910 mengisahkan soal gajah besar berandal bernama Si Toekoe. Gajah itu dinamai Toekoe sesuai nama pemberinya yang seorang kepala suku di Aceh bernama Toekoe Kadli Boebon.

Toekoe melewati masa-masa sulit, diikat rantai besi, perjalanan belasan hari di laut dari Aceh ke Batavia dan dimasukan ke dalam kereta besar oleh ratusan orang untuk dibawa ke Sinagar Sukabumi.

Sifatnya yang temperamental menyulitkan gajah itu beradaptasi, bahkan sebuah sirkus besar kala itu Filles World Renowned Circus dan Menagerie menolak membawa Toekoe bergabung karena sifat berandalnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena ditolak bergabung, Toekoe melanjutkan hidupnya di Sinagar, kawasan perkebunan teh di Nagrak, Kabupaten Sukabumi. Sampai akhirnya seorang pengunjung Sinagar yang juga merupakan seorang ahli hukum dan anggota dewan pengurus Kebun Raya dan Kebun Binatang Batavia memiliki ide brilian," kata Rangga Suria Danuningrat, seorang pegiat sejarah Sukabumi History yang menceritakan kisah Toekoe kepada detikJabar, Selasa (15/8/2023).

Saat itu muncul ide bahwa Si Toekoe akan cocok sebagai atraksi di kebun binatang yang sering dikunjungi oleh anak-anak. Satu-satunya syaratnya adalah pengantaran Si Toekoe ke kebun binatang di Batavia.

ADVERTISEMENT

"Ide tersebut diterima dengan antusias dan Si Toekoe akan segera menemukan tempat barunya di kebun binatang yang akan menjaga dan mengawasinya dengan baik di bawah pengawasan yang bertanggung jawab. Keputusan itu mengakhiri perjalanan panjang Si Toekoe yang penuh tantangan," ujar Rangga mengisahkan.

Dari seorang gajah berandal yang tidak bisa mengendalikan diri hingga menjadi hewan yang dihargai dan ditempatkan dengan baik dalam lingkungan yang aman. Pengiriman Si Toekoe ke kebun binatang di Batavia di Cikini menjadi awal dari babak baru dalam kehidupannya.

"Ketika tiba di kebun binatang, Si Toekoe disambut dengan hangat oleh tim pengelola dan penjaga kebun binatang. Mereka menyediakan ruang yang luas dan nyaman untuknya, lengkap dengan kolam air dan berbagai peralatan yang dibutuhkannya. Setiap hari, ia diberi makan dengan penuh perhatian dan merasakan kehangatan dari manusia di sekitarnya," tutur Rangga.

Toekoe gajah berandal (Istimewa/Dok Sukabumi History)Dokumentasi dari De Nieuwe Courant soal Si Toekoe(Istimewa/Dok Sukabumi History)

Situasi yang berbeda dari sebelumnya membuat gajah itu dengan cepat merubah temperamen nya. Ia mulai beradaptasi dengan kehidupannya yang baru, yang penuh kasih sayang. Tidak seperti waktu sebelumnya yang diikat rantai dan terkurung dalam kandang besi.

"Si Toekoe perlahan-lahan beradaptasi dengan kehidupan barunya di kebun binatang. Ia menjadi objek minat dan kekaguman para pengunjung, khususnya anak-anak. Mereka datang untuk melihatnya, mempelajari tentang spesiesnya, dan mengagumi kecerdasannya. Si Toekoe menjadi lambang keajaiban alam dan pentingnya menjaga keberagaman satwa liar saat itu," cerita Rangga.

Dalam kebun binatang, Si Toekoe tidak lagi merasakan kesepian. Ia memiliki teman sejenis dan berinteraksi dengan hewan lain dalam lingkungan yang terkontrol dan aman.

"Tim penjaga kebun binatang senantiasa memperhatikan kesehatan dan kesejahteraannya, memberikan perawatan medis yang diperlukan, dan melibatkannya dalam program pengayaan lingkungan untuk menjaga kebugaran fisik dan mentalnya," kisah Rangga.

Berangsur, kondisi mental dan perilaku Toekoe berubah. Dia yang dulunya berandal berubah menjadi gajah yang penurut. Perlakuan yang penuh kasih sayang merubah sifat liar Toekoe.

"Si Toekoe, yang dulunya adalah gajah berandal yang sulit diatur, kini telah menemukan tempat yang sesuai baginya di kebun binatang. Melalui perjalanan yang panjang dan penuh tantangan, ia telah menemukan kedamaian dan tujuan hidup baru dimana ia akhirnya mati di kebun binatang Batavia tersebut dengan tenang dan hidupnya berakhir dengan kematian yang indah," pungkas Rangga.




(sya/yum)


Hide Ads