Sebanyak 90 kepala keluarga (KK) di Desa Cisaat, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi terpaksa harus kehilangan rumahnya akibat ada pembangunan dan penataan Stasiun Parungkuda-Sukabumi lintas Bogor-Sukabumi. Diketahui, selama ini warga menempati rumah di atas lahan Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA).
Kepala Desa Cisaat Iwan Setiawan mengatakan proses penataan stasiun sudah berjalan sejak Juni 2023. Saat itu, pihak DJKA menggelar pertemuan dengan warga yang terdampak. Iwan mengklaim proses penertiban berjalan kondusif.
"Untuk stasiun alhamdulillah sudah kondusif selama ini dua kali pertemuan. Lahan milik DJKA taksiran luasannya mungkin ada 5.000 meter dengan panjang kurang lebih 100 meter," kata Iwan saat ditemui detikJabar di kantornya, Jumat (1/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan DJKA memberikan uang kerohiman bagi warga yang terdampak. Besarannya yaitu Rp400 ribu per meter bagi bangunan permanen, dan Rp350 ribu per meter bagi bangunan semi permanen.
"Ada 90 KK dan uang kerohiman yang baru ditunaikan untuk 60 KK, separuhnya nanti bertahan," ujarnya.
"Alhamdulillah, kita pendekatan dengan masyarakat akhirnya kerohiman diberikan. Dua kali pertemuan dengan harga Rp400 per meter permanen, yang semi permanen Rp350 ribu, asalnya hanya Rp250 ribu," ungkapnya.
Lebih lanjut, ada dua kampung yang terdampak yaitu Kampung Cibatu Pos dan Kampung Sawah Lega. Kemudian rumah yang terdampak dalam proyek penataan stasiun itu ada di empat RT, di antaranya RT 23, 25, 26 dan 27.
Menurutnya, penggusuran rumah tersebut sudah dilakukan selama dua pekan. Warga yang tinggal ada yang lebih dari 40 tahun. Rata-rata warga memilih untuk mencari kontrakan baru atau tinggal dengan keluarga lainnya.
"Alhamdulillah respons semua kondusif. Ada 40 tahunan, kebanyakan ada yang ngontrak dan ke rumah saudaranya. Uang kerohiman itu langsung ditransfer ke pemiliknya jadi desa tidak ikut campur," ucapnya.
Dia pun mengungkapkan, rencananya Stasiun Cisaat itu akan menjadi pusat Stasiun Sukabumi. "Tujuannya nanti Stasiun Sukabumi dipindah ke sini. Jadi nanti double track ending-nya di Cisaat, Cisaat itu jadi pusatnya stasiun," kata Iwan.
Sementara itu, Pardi selaku Pelaksana Lapangan mengatakan, penertiban kawasan DJKA sudah dilakukan sejak bulan Agustus lalu. Pihaknya melakukan pembongkaran sesuai dengan nomor-nomor pemukiman yang terdapat dalam denah lokasi pengerjaan.
"Yang dilakukan pembongkaran pemukiman itu sekitar 60 rumah. Kalau kita dari awal clearing berupa pembongkaran rumah dan pembersihan puing-puing. Hari ini progresnya baru 20 persenan," kata Pardi.
Selain melakukan pembongkaran pemukiman, pihaknya juga melakukan penggantian bantalan beton dan penggantian rel kereta. Ke depan, akan ada beberapa item stasiun yang dibangun termasuk mengubah kabel ke bawah tanah. Beberapa kendaraan berat yang diturunkan di lapangan.
Dia mengungkapkan, tak ada kendala penolakan dari warga setempat. Namun, kata dia, proses pengerjaan sempat molor karena proses kerohiman.
"Untuk kendala penolakan warga nggak ada, kemarin cuman yang namanya proses kerohiman itu kan lama, harus proses dulu baru kalau sudah selesai kita bongkar," tutupnya.