Asal-usul Nama Cisaat yang Airnya Dulu Melimpah Kini Alami Kekeringan

Asal-usul Nama Cisaat yang Airnya Dulu Melimpah Kini Alami Kekeringan

Siti Fatimah - detikJabar
Sabtu, 26 Agu 2023 10:01 WIB
Lokasi sumber suara gemuruh misterius terdengar di Desa Selajambe, Cisaat, Kabupaten Sukabumi
Suasana di Kecamatan Cisaat Sukabumi (Foto: Siti Fatimah/detikJabar).
Sukabumi -

Kecamatan Cisaat merupakan satu dari 47 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Sukabumi. Wilayah ini menjadi perbatasan bagian utara antara Kota dan Kabupaten Sukabumi.

Di sana terdapat 13 desa, yakni Desa Cisaat, Desa Cibatu, Desa Cibolangkaler, Desa Nagrak, Desa Selajambe, Desa Padaasih, Desa Gunungjaya, Desa Sukasari, Desa Sukamanah, Desa Sukamantri, Desa Babakan, Desa Sukaresmi dan Desa Kutasirna.

Kali ini, detikJabar akan mengulas toponimi Cisaat sebagai nama wilayah. Penamaan Cisaat cukup menarik diulas karena mengandung bahasa Sunda yang berarti air yang kering.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara filosofis, nama Cisaat diartikan sebagai melimpah atau berlimpah. Dalam Bahasa Sunda, 'saat' artinya kurang atau kekurangan air. Penambahan kata ci pada kata saat diartikan sebagai harapan untuk kecamatan tersebut sebagai wilayah yang memiliki keberlimpahan dalam berbagai hal terutama sumber air.

Sejarawan Irman Firmansyah mengatakan, kata 'saat' dalam penamaan Cisaat memang berkaitan dengan ketersediaan air di wilayah tersebut. Konon, wilayah itu dahulunya memiliki sumber mata air yang melimpah.

ADVERTISEMENT

"Ya benar ada hubungannya (dengan ketersediaan air) dari toponiminya Cisaat berarti tempat yang dulunya mengalir air kemudian kering," kata Irman saat dihubungi detikJabar, Jumat (25/8/2023).

Dia mengatakan, Cisaat memiliki mata air dari Gunung Gede dan mengalir hingga ke sungai dan saluran irigasi. Akan tetapi, memasuki musim kemarau, wilayah tersebut mengalami kekeringan.

"Apalagi jika tempat tinggal warga berada di ketinggian. Masyarakat pada zaman dulu kemudian mengatur irigasi, mengalirkan dari hulunya ke kolam, selokan kecil, situ, dan lain-lain. Hanya saja sebelah selatan jalan air tidak maksimal sehingga dibuat gonggo atau saluran air melewati jalan," ujarnya.

Sejarah penamaan Cisaat pun tak lepas dari cerita rakyat atau legenda. Dia menceritakan, muncul cerita tentang mata air yang terdengar suaranya namun air tersebut tak nampak di permukaan.

"Konon pasca kerajaan Pajajaran (yang) dihancurkan oleh kerajaan Banten, di wilayah Situ Gunung ada kerajaan bernama Munding Giringan. Prabu Munding Giringan memiliki empat orang anak, yang pertama adalah Prabu Gagang Tanduran yang berkuasa di Cisolok, anak kedua Prabu Susuk Tunggal yang berkuasa di perbatasan Sukabumi-Banten, anak ketiga Prabu Boros Tunggal yang berkuasa di sekitaran Cikaso, Tegal Buleud, Sagaranten dan anak keempat Putri sekarwangi yang berkuasa sekitar Karang Tengah hingga Bojongkokosan," jelasnya.

Suatu saat Prabu Gagang Tanduran dan Putri Sekarwangi oleh ayahnya diperintahkan untuk mencari saudaranya yaitu Prabu Susuk Tunggal dan Prabu Boros Tunggal yang sedang bertapa entah dimana. Kemudian, Putri Sekarwangi merasa kehausan dan mencari mata air.

"Terdengarlah suara mata air mengalir dengan jelas, namun saat dicari sumbernya tidak ditemui satupun mata air, hanya suaranya saja yang terdengar. Ternyata mata air itu ada didalam tanah dan sulit karena harus digali sebelum bisa diminum," lanjutnya.

Saat itu, Putri Sekarwangi berucap bahwa tempat itu nanti suatu saat akan menjadi sebuah kampung, dan akan disebut Cisaat karena suara airnya ada tapi airnya tidak ditemukan.

Itulah asal usul penamaan Cisaat yang dipercaya oleh masyarakat setempat. Terlepas dari cerita tersebut, wilayah Kecamatan Cisaat kini tengah dilanda krisis air bersih. Hal itu disampaikan oleh Ketua PMI Kabupaten Sukabumi Hondo Wusito.

Dia mengatakan, dari 23 kecamatan yang mengalami kekeringan, kecamatan Cisaat dan kecamatan Cicantayan merupakan wilayah terparah. Pihaknya pun sudah menyalurkan air bersih sebanyak 108 liter di desa-desa yang terdampak kekeringan.

"Kondisi terparah di kecamatan Cicantayan paling banyak, Cisaat juga," ujar Hondo.

Bahkan di Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat, beberapa warga terpaksa menggunakan air galon untuk kebutuhan rumahtangga seperti untuk memasak dan mencuci. Pendistribusian air bersih di wilayah terdampak kekeringan masih akan dilakukan selama persediaan air PDAM mencukupi.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads