Tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Cibeureum, Kabupaten Sumedang minim akan fasilitas. Padahal TPAS ini menjadi andalan atau tempat pembuangan akhir sampah satu-satunya warga Sumedang.
Pantauan detikJabar di lokasi TPAS Cibeureum yang berada di Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang hanya tampak ada 2 unit alat berat berupa kendaraan ekskavator dan kendaraan loader serta bangunan kecil sederhana yang diketahui merupakan bangunan UPT (unit pelaksana teknis).
Jangankan tempat pengolahan sampah, alat timbang pun nihil adanya. Sejauh ini untuk menghitung muatan sampah yang masuk, petugas hanya memperkirakan dengan mengacu kepada jenis truk yang telah diketahui kapasitas muatannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengurangan dan pemanfaatan sampah yang masuk cenderung hanya mengandalkan para pemulung. Itu pun terkhusus untuk sampah yang memiliki nilai ekonomis. Secara keseluruhan, sampah yang masuk hanya ditimbun lalu diratakan dengan tanah.
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sumedang Helmi Hasanudin menjelaskan, pengolahan sampah yang masuk ke TPAS Cibeureum masih bersifat manual atau open dumping (sampah diratakan lalu ditimbun dengan tanah).
"Pengelolaan sampah di sini dilakukan masih dengan sistem manual, belum dilakukan dengan sentuhan-sentuhan teknis yang lebih modern," ungkap Helmi dengan Kasubag TU TPAS Cibeureum Sapna Sukarsa saat diwawancarai detikJabar di lokasi, Jumat (25/8/2023).
Menurutnya, dengan sistem pengolahan sampah seperti itu pun fasilitasnya masih terhitung minim.
"Sebetulnya untuk pengolahan sampah dengan sistem open dumping saja harusnya ada peralatan yang lebih lengkap lagi seperti kendaraan bulldozer dan kendaraan compactor untuk memadatkan sampah," terangnya.
Fasilitas lain yang belum ada adalah instalasi saluran pembuangan gas metan yang dihasilkan dari gunungan sampah. Padahal sebelumnya, instalasi itu tersedia saat lokasi TPAS belum dipindah ke lokasi yang sekarang.
Sekadar diketahui, lokasi TPAS yang sekarang merupakan lokasi baru dari lokasi sebelumnya yang jaraknya memang berdekatan. TPAS Cibeurem sendiri dibangun pada 1996. Saat itu, TPAS Cibeureum direncanakan dapat beroperasi hingga 20 tahun lamanya atau kini 7 tahun sudah melampaui usia yang direncanakan.
"Kalau di lokasi dulu ada instalasi pembuangan gas metan kalau di lokasi sekarang tidak ada," ungkap Kasubag TU TPAS Cibeureum Sapna Sukarsa menambahkan.
Lokasi TPAS terpaksa dipindah lantaran lokasi sebelumnya terjadi longsor hingga menyebabkan kerusakan pada Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan pengolahan gas metan.
"Akibat adanya longsor, kolam pantau IPAL jadi tertimbun oleh sampah dan sekarang hanya menyisakan puing-puingnya saja, itu kenapa lokasi TPAS dipindah ke sini sekarang," ungkapnya.
Ia pun membenarkan bahwa TPAS Cibeureum tidak memiliki alat timbang. Padahal menurutnya, alat timbang tersebut sangat diperlukan untuk menghitung keakuratan jumlah sampah yang masuk.
"Ya sebetulnya diperlukan sekali alat timbang sampah itu, sebab sejauh ini perhitungan sampah yang masuk masih berdasarkan banyaknya jumlah truk yang masuk dalam hitungan kubik," terangnya.
Berdasarkan data dari Bidang Pengelolaan Sampah, TPAS Cibeureum dalam satu harinya menampung sekitar 130 kubik sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh 17 truk yang tersedia.
Baca juga: Api Membara di Dua TPA Jawa Barat |
Jika satu bulan dihitung 30 hari maka TPAS Cibeureum menampung sekitar 3.900 kubik sampah setiap bulannya.
"Dari jumlah itu (3.900 kubik sampah yang masuk per bulan), ada sekitar 30 ton sampah bisa berkurang per bulannya lantaran terbantu oleh pihak-pihak lain yang salah satunya keberadaan para pemulung yang memanfaatkan sampah bernilai ekonomis," paparnya.
TPAS Cibeureum masih dilalap si jago merah. Kepulan asap membumbung tinggi di lokasi tersebut. Saat ini semua pihak tengah berupaya memadamkan api di TPAS Cibeureum.
(mso/mso)