Suara dentuman misterius di desa Moncek Tengah, Kecamatan Lenteng, Sumenep, gegerkan warga. Badan Geologi mengungkap penyebab sumber suara misterius tersebut.
Hasil penyelidikan Badan Geologi menyebutkan suara misterius yang menggemparkan warga Sumenep itu berasal dari proses water-hammer, yang bersumber dari gempa swarm.
"Suara misterius diperkirakan berasal dari proses water-hammer, dari sumber getaran gempa swarm. Dan, proses water-hammer tidak membahayakan di permukaan tanah," kata Plh Kepala Badan Geologi Hermansyah dalam keterangan yang diterima detikJabar, Selasa (22/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Hermansyah mengatakan suara misterius tersebut mengindikasikan adanya potensi sesar aktif. Posisi sesar aktif itu kemungkinan bukan di wilayah Moncek Tengah, tempat di mana suara misterius itu terdengar jelas.
Hermansyah mengaku menerima laporan mengenai suara misterius di Moncek Tengah, Sumenep itu pada Sabtu (12/8/2023). Suara misterius yang diperkirakan berasal dari water-hammer itu terdengar dari pukul 09.00 WIB hingga 11.00 WIB.
Suaranya seperti tumbukan dari bawah tanah yang disertai dentuman. "Suara tersebut sempat membuat panik warga, karena suara dentuman itu telah terjadi sekitar sepuluh harian. Tetapi tidak terus berbunyi dan sebelumnya suara yang terdengar tidak terlalu besar," kata Hermansyah.
Apa itu Water-hammer
Dalam rilisnya, Badan Geologi menyebutkan proses water-hammer terjadu ketika aliran air tiba-tiba mengalami peningkatan tekanan secara mendadak di saluran, dan menekan udara yang terjebak. Akibatnya, lanjut Hermansyah, gelombang tekanan tinggi bergerak mundur melalui saluran.
"Kondisi tersebut menyebabkan suara ketukan atau getaran. Akibat proses penambahan tekanan air yang kemungkinan berasal dari gempa bumi swarm yang relatif kecil kekuatannya," kata Hermansyah.
"Mekanisme proses berawal dari adanya pemicu yang menyebabkan kenaikan tekanan air. Pemicu ini diperkirakan karena terjadi gempa swarm. Swarm adalah serangkaian gempa kecil yang terjadi dalam waktu relatif singkat di area geografis tertentu," ucap Hermansyah menambahkan.
Lebih lanjut, Hermansyah menerangkan gempa swarm biasanya memiliki magnitudo yang rendah, dan tidak memiliki gempa utama yang jelas sebagai pemicu.
"Gempa swarm sering terjadi dalam periode yang singkat dan bisa berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari. Meskipun gempa-gempa dalam swarm umumnya tidak terlalu merusak, mereka dapat memicu kekhawatiran karena walaupun intensitas relatif rendah dan frekuensinya yang tinggi atau sering," katanya.
Badan Geologi merekomendasikan agar kajian kegempaan terhadap potensi sesar aktif segera dilakukan. Hal ini untuk mengantisipasi potensi sifat merusaknya pada masa mendatang. Selain itu, masyarakat dapat beraktivitas normal dan tetap tenang.
"Masyarakat diimbau untuk selektif dalam menerima kebenaran informasi dan sebaiknya mengikuti arahan pemerintah daerah," katnya.
(sud/yum)