Seorang lansia bertubuh kecil duduk di emperan sebuah mini market di Jalan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Pria tersebut menjajakan tahu Sumedang yang disimpan di sepasang dingkul atau keranjang bambu.
Dinginnya udara malam dengan hembusan angin yang cukup kencang tak membuat pria bernama Yono Umis (58) mengeluh. Profesi sebagai penjual tahu Sumedang keliling ini dijalaninya demi menafkahi keluarganya. Salah satunya agar anak bungsunya tetap bisa bersekolah di SMP.
Yono tak menawarkan langsung tahu yang dijalankan. Namun saat ada orang yang bertanya dia berjualan apa, Yono mengatakan jika tahu Sumedang yang dijualnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jualan tahu Sumedang Bu," ucap Yono kepada seorang pengunjung mini market.
Tidak semua pengunjung mini market membeli tahu yang dijual Yono. Tapi ketika ada yang membeli, Yono melayani dengan penuh semangat.
detikJabar berkesempatan berbincang dengan Yono, pria berdarah Palembang itu saat ini tinggal di Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Dia memiliki tiga anak, dua sudah menikah dan satu masih sekolah.
Yono menyebut, tahu yang dia jual asli dari Sumedang dan dia setiap Pukul 13.00 WIB, langsung membawa tahu itu ke salah satu pabrik tahu di Sumedang.
"Jam 1 siang ke Sumedang bawa tahu, balik lagi ke Cileunyi jam 4 sore, transit di sini sampai nanti jam 11 malam. Lanjut jualan ke Pasar Induk Gedebage, pulang jam 3 subuh, langsung tidur," kata Yono kepada detikJabar, Jumat (18/8/2023).
Yono mengaku pantang pulang sebelum menjual seribu tahu. Hal tersebut demi membawa uang untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya.
Mantan Pelukis Reklame Bioskop
Yono sudah 10 tahun lamanya berjualan tahu Sumedang dengan cara berkeliling. Siapa sangka, pria yang lahir di Palembang dan besar di Bandung ini merupakan seniman.
Yono adalah pelukis andal yang berguru dari seniman yang ada di Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Hal tersebut dilakukan di usia mudanya.
Menurutnya, dulu saat Bioskop masih berjaya, dia kerap melukis pemeran utama dalam film yang akan ditayangkan.
"Kaya film Jaka Sembung, saya melukis badan Barry Prima lagi gigit pisau, terus ada tulisan saksikanlah dan pesan ajakan untuk menonton film tersebut," ujar Yono.
Masih ingat dipikirannya dalam rentang waktu 90an, aktivitas yang dilakukan oleh Yono merupakan pelukis reklame di bioskop-bioskop yang ada di Bandung dan Jakarta.
"Kalau di Bandung di bioskop Braga. Ukuran lukisannya 3x2 meter, seperti reklame itu," kata Yono menunjuk reklame yang ada diseberang mini market itu.
"Dulu melukis berdua atau bertiga, bayarannya lumayan bisa sampai Rp 400 ribu, kalau sekarang tuh sekitar Rp 3 juta. Itu sekali melukis," tambahnya.
Karena eksistensi bioskop menurun seiring perkembangan teknologi, jasa sebagai pelukis reklame bioskop pun tergantikan dengan mesin.
Yono juga, sempat banting setir dan menjual lukisan di kawasan Braga dan beberapa even hotel. Namun hal tersebut hanya berlangsung 15 tahun dan akhirnya kini dia memilih menjadi penjual tahu.
"Sekarang mah gini aja, yang penting halal, Alhamdulillah masih bisa mencari nafkah buat keluarga juga," pungkasnya.