Tiga bulan sudah warga Kampung Gunung Jambe, Kelurahan Tugujaya, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, merasa tak nyaman jika tinggal di rumah. Bagaimana tidak, sehari-hari warga dipusingkan dengan kemunculan lalat yang populasinya kini semakin meningkat.
Tak hanya lalat, debu yang pekat juga begitu mengganggu aktivitas warga setempat. Kemunculan debu ini bahkan lebih parah karena terjadi sudah bertahun-tahun. Ditengarai, pemicunya karena adanya pencemaran lingkungan di tempat tinggal warga.
Kemunculan debu yang begitu pekat dan mengganggu warga ternyata bukan hanya keluhan semata. Debu yang pekat itu bisa terlihat di genting rumah warga yang berubah menjadi putih. Dedaunan juga tampak diselimuti debu yang cukup tebal. Saat daun disentuh, langsung terasa debu berukuran mikro menempel di jari tangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau debu sudah bertahun-tahun, lalat baru sekitar 3 bulan," kata Ano (40) salah seorang warga, Rabu (16/8/2023).
Ano menambahkan salah seorang warga Gunung Jambe bahkan sampai mengalami sakit akibat gangguan saluran pernapasan. Keluhan itu diduga dipicu pencemaran udara tersebut.
"Sampai ada warga yang sakit dan meninggal dunia akibat infeksi saluran pernapasan. Saya memang tak tahu apakah ada hubungannya dengan polusi debu ini atau tidak, tapi penyakitnya memang di pernapasan," jelas Ano.
Dia mengaku khawatir kondisi ini akan membawa dampak buruk bagi kesehatan warga di kampungnya. "Ya pasti khawatir, takut ada dampak buruknya bagi kesehatan. Kalau kami mampu, pasti sudah pindah dari sini," ujar Ano.
Selain dibuat tak nyaman oleh debu, warga Gunung Jambe juga terganggu dengan serbuan lalat. Ribuan lalat beterbangan liar hinggap di mana-mana. "Ini nyeduh kopi lupa nggak ditutup, langsung dikerubuti lalat," ucap Ano diamini warga lainnya sambil membuat jampana untuk Agustusan.
"Kadang-kadang suka aral (frustasi), menyapu lantai seakan tak ada gunanya. Baru selesai disapukan, tak lama kotor lagi," kata Euis, warga lainnya menimpali.
Euis juga menambahkan akibat pencemaran udara dengan adanya debu ini membuat repot warga saat menjemur pakaian. Warga jadi serba salah karena pakaian yang mereka jemur di luar malah berakhir dengan kondisi dipenuhi debu.
"Menjemur pakaian jadi serba salah, di dalam rumah susah kering, di luar ngebul (berdebu). Kadang pakaian juga terasa merang (terasa gatal)," ucap Euis.
![]() |
Selain di luar rumah lalat juga masuk ke rumah warga membuat kondisi tak nyaman. "Dicoba diusir pakai obat nyamuk bakar, tak mempan. Pakai kertas lem perangkap lalat juga sudah, tapi tetap saja nggak habis-habis," jelas warga yang berdagang makanan di depan rumahnya.
Akibatnya dia memilih menggelar dagangannya di dalam rumah karena serbuan lalat yang sudah tak biasa. Serbuan lalat juga terlihat diusir anak-anak dengan cara membunuhnya menggunakan sapu.
"Jadi kesannya saya dagang jorok, banyak lalat, padahal memang ini kondisinya luar biasa," tutur.
Kepler Sianturi, salah seorang aktivis yang berusaha mengadvokasi keluhan warga Gunung Jambe tersebut berharap Pemkot Tasikmalaya bisa memfasilitasi kesulitan warga ini. "Ada hak warga yang terganggu, ini perlu ada solusi. Tapi solusi yang tepat dan adil bagi semua pihak," kata Kepler.
Meski dirinya tak mau menuduh, tapi lokasi perkampungan warga ini berdekatan dengan sebuah kandang ayam dan pabrik pengolahan kayu. "Saya tak mau menuduh, tapi memang faktanya seperti itu. Makanya pemerintah silahkan investigasi untuk kemudian membuat solusi. Poinnya bagaimana hak warga terlindungi dan kegiatan usaha tetap berjalan," kata Kepler.
Dia menambahkan Kampung Gunung Jambe yang tercemar debu dan serbuan lalat ini terdiri dari 58 kepala keluarga atau lebih dari 200 jiwa. Kampung ini berupa permukiman padat penduduk yang terselip di antara derap aktivitas ekonomi di Jalan SL Tobing Kota Tasikmalaya.
"Ya ini kepentingan orang sekampung, bukan satu-dua orang. Jadi pemerintah harus segera hadir," kata Kepler.
(orb/orb)