Bukan cuma keributan, warga juga dibuat takut dengan suara letupan senjata. Sejumlah pintu rumah warga bahkan didobrak paksa. Pelakunya tak lain adalah aparat kepolisian.
Pada malam itu, memang terjadi gesekan antara warga Dago Elos dengan polisi. Hal itu terjadi setelah warga memblokade Jalan Dago dan membakar ban sebagai aksi protes atas kekecewaannya warga kepada pelayan di Polrestabes Bandung.
Namun warga tak pernah mengira jika polisi merangsek masuk ke dalam rumah. Padahal ketika itu, warga di dalam rumah tidak ikut dalam aksi blokade jalan.
"Malam semua keluarga lagi kumpul di sini. Karena adik saya rumah belakang pada kumpul di sini karena chaos tadi malam. Tiba tiba polisi datang dengan kata-kata umpatan. Dia lewat, saya pantau dari CCTV lewat juga," kata Handika salah seorang warga RT 2 RW 2 Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Selasa (15/8/2023).
"Mobil angkot saya kacanya dipecahin. Mungkin pas dia wara-wiri di depan gang saya, di depan rumah saya itu banyak sepatu. Nah, dia pikir massa terminal Dago itu sebagian ada yang ngumpet di dalam rumah ini," lanjutnya menceritakan.
Peristiwa itu membuat anak Handika yang berusia 6 tahun trauma. Dia mengungkapkan sang anak sempat terkena pintu saat polisi mendobrak pintu dan mengakibatkan luka di dahi sang anak.
"Anak saya ketika polisi kata-kata kasar itu dia takut tuh, dia ngumpet di belakang pintu. Pintunya malah didobrak. Kena muka, kena kakinya kejepit. Itu jam setengah 12 malam," ucap Handika.
Selain itu, seorang bayi yang masih berusia 11 bulan dikabarkan menjadi korban. Bayi malang itu terkena gas air mata yang ditembakkan polisi.
Hal itu dibenarkan oleh Erni (34), salah seorang warga yang merupakan saudara dari bayi mungil itu. Erni mengatakan, saat kejadian bayi dari kakak kandungnya itu dibawa ke rumahnya.
"Pas datang sama kakak kan ke sininya, si anak itu udah kayak nggak nafas mungkin kaget kan lagi tidur. Sama saya dibasuh air tiga kali mukanya. Agak mending langsung reaksi bisa nangis gitu," kata Erni.
Dia mengungkapkan, proses evakuasi bayi tersebut juga berlangsung dramatis. Sebab kakaknya harus memindahkan bayi itu dari lantai dua rumah di RW 2 Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong karena lantai dasar rumah sudah banyak dimasuki gas air mata.
"Diambilnya lewat atap kan di bawah udah pengap, jadi lewat genteng. Jam setengah 12-an pas lagi genting-gentingnya," ungkapnya.
Beruntung, kata dia, bayi tersebut selamat. Namun saat ini, bayi beserta orang tuanya diungsikan dari kawasan Dago Elos karena khawatir akan terjadi hal serupa.
Terpisah, Kapolrestabes Bandung Kombes Budi Sartono menegaskan akan menelusuri tindakan represif yang dilakukan saat memukul mundur warga Dago Elos.
Saat menyampaikan keterangan, Budi mengatakan senjata gas air mata dilontarkan untuk membubarkan massa yang memblokir Jl Ir. H. Juanda atau Jl Dago karena mulai bertindak anarkis. Gas air mata pun menurutnya, ditembakkan ke arah jalan raya untuk membubarkan massa tersebut.
"Memang untuk melakukan tindakan kondusif di sana, kami melakukan tindakan tegas kepada mereka. Makanya dilakukan pendorongan, ada beberapa anggota dari jajaran dari Polda Jabar ini kemudian menembakkan gas air mata," katanya, Selasa (15/8/2023).
'Kita tembakan gas air mata itu tidak ke pemukiman, kita hanya ke jalan raya saja. Ini semua dilakukan untuk membuka jalan saja," ucapnya menambahkan.
Selain itu, di media sosial banyak beredar polisi mendobrak ke rumah warga saat kericuhan itu terjadi. Budi menyatakan akan terlebih dahulu menelusuri hal tersebut.
"Nanti akan kami telusuri kembali (soal pendobrakan anggota polisi ke rumah warga). Karena kami pada saat itu fokus ke pembukaan jalan, nanti kalau ada anggota yang masuk ke rumah akan kita cek kembali," ucapnya. (iqk/iqk)