Teriknya sengatan sinar matahari pada Kamis (10/8/2023) siang, tak menyurutkan semangat Hasan (40) untuk bertahan hidup. Mengenakan pakaian lusuh, dia duduk sembari mengorek-ngorek kubangan air keruh. Matanya teramat jeli memilah pasir hingga kerikil di aliran Sungai Cigintung yang mulai mengering.
Dari amatan detikJabar, Sungai Cigintung yang terletak di perbatasan Desa Sukaraja dan Desa Padarama, Kecamatan Ciawigebang, Kabupaten Kuningan itu terpantau surut. Bahkan di sepanjang alirannya hanya menyisakan batu-batu berukuran besar dan sedikit kubangan air.
Namun, di balik batu-batu besar ini, sosok Hasan, pria asal Desa Padarama tersebut terlihat mencoba peruntungannya untuk mengais rezeki. Berbekal peralatan seadanya, ia dengan sabar menunggu dan mencari ikan pada aliran sungai yang mengering.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat dihampiri detikJabar, senyum ramah langsung tergurat pada wajahnya. Hasan ternyata baru beberapa jam mencari ikan, meski hasil tangkapannya sedikit. Itupun ukuran ikan serta udang yang diperolehnya tak sampai 5 cm.
Ember hitam yang dibawanya, setidaknya memberi sedikit gambaran bahwa di kubangan air keruh pun Hasan bisa mendapatkan rezeki. Sebab, ikan-ikan yang ditangkapnya itu bakal dijadikan lauk-pauk untuk mengisi perutnya.
"Iseng aja di sini lagi cari ikan. Bawa peralatan seadanya. Udah lama datang ke sini," kata Hasan saat berbincang dengan detikJabar.
Bagi Hasan, aktivitas mencari ikan ini sudah sering ia lakukan. Getir kehidupan yang dijalaninya, tak membuatnya begitu saja menyalahkan nasib. Apalagi kondisi fisiknya masih memungkinkannya berjuang untuk keuar dari jeratan garis kemiskinan.
Hasan mengaku, penghasilannya tak seberapa. Sebab, profesinya utamanya adalah buruh serabutan. Dalam sebulan, terkadang dia tidak mendapat panggilan untuk bekerja. Alhasil rezeki dari mengais ikan di aliran sungai yang mengering tetap disyukurinya.
"Nanti buat dimasak. Tadi dapat ikan benter sama udang. Kalau sehari-hari mah kerja jadi buruh serabutan. Penghasilan Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu," ujar Hasan.
Hidup Hasan teramat berat. Selain kondisi finansialnya selalu kritis, rumah tangga yang telah dibangunnya pun sudah hancur. Istrinya meminta cerai dan anak sematawayangnya dibawa hijrah ke Jakarta.
Kendati begitu Hasan menyebut tak punya waktu untuk meratapi nasib. Oleh karena itu dia selalu berusaha menghadapi kenyataan hidup yang cukup pahit ini.
"Ya kalau kondisi mah begini aja. Susah. Kerja seadanya," ungkap Hasan.
Hasan enggan menyerah dengan keadaan. Setiap waktunya dipakai untuk mencari rezeki. Termasuk, mengais ikan-ikan kecil di aliran sungai yang sudah mengering.
Selain itu, Hasan pun mengaku tidak mau mengandalkan bantuan dari pemerintah. Bahkan ia pun belum pernah sekalipun merasakannya.
Terlepas dari hal tersebut, kini dia tetap memandang jauh ke depan dengan sedikit harapan bisa memperbaiki nasib dan keluar dari jeratan kemiskinan.
"Kalau bantuan belum pernah dapat. Enggak tahu juga. Saya mah yang penting sehat dan bekerja. Ikhlas aja cari rezeki seperti ini," ucap dia.
(mso/mso)