.webp)
Dampak El Nino terlihat di berbagai wilayah di Indonesia termasuk lahan pertanian di Kabupaten Indramayu. Kekeringan parah itu menyulitkan petani selama mengelola tanaman padi.
Salah satunya di lahan persawahan Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Di mana, sejumlah lahan yang sudah ditanami sudah mengering. Bahkan, tidak sedikit lahan yang sengaja ditinggalkan oleh petani.
"Serba bingung, kalau tidak ditanam ya gimana kalau ditanam kelimpungan," kata Petani di Desa Ranjeng, Kecamatan Losarang, Deni (25) ditemui detikJabar, Rabu (9/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski sempat ditanam, namun beberapa petak sawah pun terpaksa ia abaikan. Hal itu tak lain lantaran minimnya pasokan air untuk membantu pertumbuhan padi. Apalagi, beberapa pekan belakangan tidak ada hujan.
"Sejak habis panen aja sekitar bulan lima mulai jarang air. Tapi sempat ada hujan kalau sekarang total. Yang dikelola sawah yang di dekat sungai aja," ungkapnya.
Kondisi seperti ini, juga dirasakan cukup berat bagi petani yang mengelola lahan sewa. Hasil panen musim tanam gaduh yang digadang-gadang jadi keuntungan, namun kini tidak banyak diharapkan.
Pasalnya, selama mengalami krisis pasokan air, petani harus menambah biaya selama mengelola tanamannya untuk memompa air. Dalam sehari, petani bisa menghabiskan Rp100 ribu membeli bahan bakar mesin pompa untuk mengairi lahannya.
"Sudah empat kali mompa air, tapi malah di serang tikus. Akhirnya ditinggalkan," kata petani lain asal Kecamatan Losarang, Ramli (51).
Selain itu, di persawahan lainnya yang ia kelola tidak bisa mengandalkan sumur pantek. Sebab, air yang keluar berasa asin.
"Yang deket-deket sungai masih dikelola. Kita pakai bor pantek juga susah kalaupun keluar juga asin," katanya.
(dir/dir)
