Pemerintah Inggris sedang dipusingkan dengan melonjaknya wabah yang saat ini sedang menjadi ancaman di sana. Bagaimana tidak, kasus harian wabah tersebut mengalami peningkatan bahkan tingkat keterisian rumah sakit di Tanah Britania turut dilaporkan meningkat.
Melansir detikHealth, wabah yang sedang menjangkit Inggris adalah varian COVID-19 baru bernama 'Eris'. Wabah ini dikategorikan subvarian Omicron EG.5.1 dan membuat para ahli khawatir negara tersebut mungkin akan dilanda gelombang COVID-19 baru.
"Tingkat kasus COVID-19 terus meningkat minggu ini dibandingkan dengan laporan kami sebelumnya. 5,4 persen dari 4.396 spesimen pernapasan yang dilaporkan melalui Sistem Data Mart Pernapasan diidentifikasi sebagai COVID-19. Ini dibandingkan dengan 3,7 persen dari 4.403 dari laporan sebelumnya," kata Badan keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) dalam sebuah laporan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wabah yang menyerang Inggris bahkan harus membuat WHO turun tangan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, Varian 'Eris' diklasifikasikan sebagai variant under monitoring (VUM) atau varian yang diawasi pada Juli, setelah prevalensinya tercatat di Inggris dan meningkatnya kasus secara internasional, khususnya di Asia.
Para ahli menduga bahwa varian tersebut muncul imbas fenomena 'Barbenheimer', film Barbie dan Oppenheimer yang berhasil menarik banyak perhatian masyarakat dan telah berkontribusi pada peningkatan infeksi. Selain itu, efek cuaca yang buruk belakangan juga memicu daya tahan tubuh menurun.
"COVID akan terus berubah dan beradaptasi," ucap Dr Simon Clarke, ahli mikrobiologi di Reading University kepada MailOnline sebagaimana dilansir.
Sementara, Kepala UKHSA mengklaim varian tersebut sudah memiliki keunggulan pertumbuhan 20,5 persen dibandingkan jenis varian maupun subvarian lainnya.
Data menunjukkan bahwa subvarian Omicron itu telah menyumbang 14,6 persen kasus, menjadikannya yang paling umum kedua di Inggris. Tingkat pertumbuhan didasarkan pada sampel pengujian positif yang dilakukan di rumah sakit.
"Arcturus Subvarian Omicron atau disebut XBB.1.16, itu adalah varian yang paling dominan, menyebabkan 39,4 persen dari semua kasus," menurut data UKHSA.
Meskipun begitu, Spesialis penyakit menular, Professor Paul Hunter, mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana Eris, yang secara ilmiah dikenal sebagai EG.5.1, akan mempengaruhi Inggris.
Namun, ia menyebut bahwa subvarian tersebut kemungkinan menjadi dominan di beberapa titik dan mendorong infeksi total, dan mungkin tidak secara dramatis.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mengatakan meskipun orang sudah terlindungi dengan vaksin dan infeksi sebelumnya, negara tidak boleh lengah.
"WHO terus mengimbau orang yang berisiko tinggi untuk memakai masker di tempat ramai, mendapatkan booster jika direkomendasikan, dan memastikan ventilasi yang memadai di dalam ruangan," katanya, dikutip dari skynews.
"Dan kami mendesak pemerintah untuk mempertahankan dan tidak membongkar sistem yang mereka bangun untuk COVID-19," lanjutnya lagi.
Artikel ini sudah tayang di detikHealth, baca selengkapnya di sini.
(ral/mso)