Puluhan pelajar SMP Negeri 1 Mangunjaya, Pangandaran tak bisa membaca dan menulis. Namun, pihak sekolah memastikan akan memberikan pembelajaran maksimal kepada para pelajar tersebut.
"Saya bertanggung jawab dan yang jelas kami ingin memberikan yang terbaik untuk mereka dan membantu proses belajar," kata Kepala Sekolah SMPN 1 Mangunjaya Adi Sumarna kepada detikJabar, Jumat (4/8/2023).
Adi masih akan mengecek siswa yang tak bisa membaca dan menulis tersebut. Dia juga belum bisa memastikan apakah siswa tersebut merupakan anak berkebutuhan khusus atau bukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum tentu kang, kabarnya disdik juga mau cek dalam waktu dekat ini," ucapnya.
Dia berkomitmen sekolah akan memberikan pelayanan yang terbaik bagi siswanya. Pihak sekolah saat ini tengah mencari solusi untuk pembelajaran mereka.
"Kami saat ini ingin mencari solusinya dan akan diusahakan memberikan ajaran yang terbaik bagi mereka murid yang tidak bisa baca-tulis," katanya.
Sementara itu, pengamat pendidikan Al Farabi Irfan mengatakan budaya literasi di Pangandaran memang minim. Hal ini dibuktikan berdasarkan pengamatannya terhadap sekolah hingga perpustakaan yang sepi pengunjung.
"Ini karena, generasi hari ini lebih asyik menonton dan mendengarkan, bukan membaca dan menulis. Selain karena tidak ada petugas khusus, kurangnya petugas khusus di perpustakaan," katanya.
Dia menambahkan gerakan literasi sekolah saat ini pun tak terdengar lagi. Termasuk budaya membaca 15 menit sebelum pembelajaran.
"Padahal selayaknya pendidikan harus sesuai dengan realita dan untuk menyelesaikan realita sosial. Lembaga pendidikan harus menyediakan banyak ruang pendampingan literasi, baik literasi baca tulis atau literasi numerik. Harus ada konseling baca tulis, konseling menghitung atau apapun program yang meningkatkan kecakapan dasar dalam hidup," paparnya.
Ia mengatakan program literasi harus diperbanyak, kurikulum diperketat, sehingga kelulusan bukan sekedar tanda tangan kepala sekolah di atas kertas.
"Kelulusan lebih pada kasih sayang kepala sekolah dan guru karena anak telah memenuhi semua kriteria dan ia akan lebih banyak lagi di masa depan," katanya.
Sementara itu, anggota DPRD Pangandaran Wowo Kustiwa mengaku prihatin dengan kondisi siswa yang belum bisa membaca dan menulis meskipun sudah duduk di bangku SMP.
"Saya jadi berpikir bagaimana cara mereka menyerap materi dan melewati ujian kenaikan kelas," kata Wowo.
(dir/dir)