Imbas Keracunan Massal, Katering di Cimahi Bakal Dibina Dinkes

Imbas Keracunan Massal, Katering di Cimahi Bakal Dibina Dinkes

Whisnu Pradana - detikJabar
Selasa, 01 Agu 2023 16:00 WIB
Pj Wali Kota Cimahi Cek Kondisi Korban Keracunan Massal di RSUD Cibabat
Pj Walkot Cimahi menengok warga korban keracunan nasi boks (Foto: Whisnu Pradana/detikJabar)
Cimahi -

Dinas Kesehatan Kota Cimahi sudah mengantongi hasil pengujian sampel makanan yang memicu keracunan massal di Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.

Berdasarkan hasil uji laboratorium, dua sampel makanan yakni perkedel jagung mengandung bakteri salmonela sementara pada sampel telur balado mengandung bakteri Staphylococcus aureus.

Tak cuma itu saja, air baku dari dua lokasi katering penyedia makanan pada kegiatan reses anggota DPRD Kota Cimahi itu juga turut diuji. Hasilnya mencengangkan, sebab air yang di dua tempat itu terkontaminasi bakteri ecoli.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk sampel air baku di satu katering itu ada 1 bakteri coliform. Kemudian di satu katering lainnya itu ada 46 bakteri coliform. Tapi bakteri yang ada di air itu tidak masuk ke makanan," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi, Mulyati saat ditemui, Senin (31/7/2023).

Beruntung bakteri itu tidak sampai mengontaminasi makanan lainnya. Sebab hasil uji mikrobiologi, sampel makanan itu negatif ecoli.

ADVERTISEMENT

"Terkait sumber air yang tadi disampaikan, melihat sampel yang ada di makanan, sebenarnya ini negatif semua ecoli di makanan. Jadi kadar bakteri yang ada di air tidak masuk makanan. Kalau di makanan itu adanya bakteri salmonela," kata Mulyati.

Dwihadi mengatakan jika air baku yang digunakan oleh warga Kota Cimahi, terutama yang ada di kawasan pada penduduk rawan terkontaminasi bakteri ecoli.

"Seperti kita ketahui kalau yang namanya di kawasan padat penduduk, air baku kita kalau dia ambil dari air tanah bisa saja tercemar. Ke depannya perlu juga untuk sumber air di masyarakat harus lebih baik lagi agar tidak terkontaminasi," kata Mulyati.

Buntut dari keracunan massal itu, pihaknya meningkatkan pengawasan terhadap pelaku jasa boga dan katering di Kota Cimahi soal penggunaan bahan baku dan pengolahan yang aman.

"Pemilik jasa boga dan katering itu kan dibina (oleh Dinkes), setahun dua kali. Mulai dari pengecekan sampel air secara acak diperiksa. Kita juga sosialisasi bagaimana membuat bahan pangan sampai pengolahan makanan aman, dapur yang sesuai kaidah kesehatan, itu diajarkan," kata Mulyati.

Satu Orang Masih Dirawat di ICU

Mulyati mengatakan secara keseluruhan ada 364 warga Kota Cimahi yang jadi korban keracunan massal hingga harus dirawat di rumah sakit.

"Sampai saat ini, hanya tersisa 1 orang yang masih dirawat di ICU, itu karena ada penyakit penyertanya atau komorbid," ujar Mulyati saat ditemui, Senin (31/7/2023).

Sementara 300-an korban lainnya kebanyakan sudah sembuh. Tidak ada lagi warga yang mengeluhkan gejala keracunan seperti mual-muntah, diare, nyeri perut, hingga demam.

"Mudah-mudahan yang seorang ini bisa segera membaik kondisinya dan bisa pindah ke ruang perawatan biasa," tutur Mulyati.

Saat ini, pihaknya sedang menyusun SK Tim Verifikasi untuk pembayaran tagihan perawatan korban keracunan massal ke rumah sakit yang ditunjuk Pemerintah Kota Cimahi

"Sehingga ketika nanti ada penagihan dari rumah sakit, kita verifikasi dokumennya terlebih dahulu. Mulai dari identitas korban, billing, dan lain-lain akan dicek dulu. Kalau semua dokumen sudah aman, baru dibayarkan ke rumah sakit," kata Mulyati.

Sejak kejadian keracunan massal muncul pada 23 Juli lalu, pihaknya sudah mengajukan anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT) sebanyak tujuh kali.

"Pengajuan BTT sejak hari pertama kejadian itu sejak sudah 7 kali. Nilai yang kita siapkan sekarang belum bisa disebutkan ya, karena kita masih harus verifikasi berapa sih nilai yang harus dibayarkan ke rumah sakit," ujar Mulyati.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads