Anak harimau Benggala bernama Cinora yang dilahirkan dari induk Ehsan dan Jinora di kandang penangkaran milik YouTuber Alshad Ahmad menuai kontroversi. Apalagi, Alshad mengaku selama memelihara harimau, sudah tujuh ekor anak harimau mati.
Seperti diketahui, harimau jenis ini bukan satwa dilindungi di Indonesia tapi menurut lembaga konservasi dunia International Union for Conservation of Nature (IUCN) satwa tersebut terancam punah.
"Bahwa harimau tersebut adalah harimau Benggala atau Panthera Tigris, nah Panthera Tigris itu secara perundang-undangan kita itu hewan eksotik dari luar, jadi dia statusnya tidak dilindungi," kata Kepala BBKSDA Jabar Irawan Asaad, Sabtu (29/7) kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi walaupun begitu kan kita tetap concern, karena kami di BKSDA jangankan harimau tapi juga cicak kami urusi, tokek, ular, buaya. Kami (urusi) semuanya," tambahnya.
Saat dilaporkan kematian Cinora oleh Alshad di Instagram miliknya, BBKSDA Jabar sudah menerjunkan tim untuk mengetahui penyebab kematian satwa tersebut.
"Itu kan sejak tanggal 24 Juli satwa tersebut meninggal, terus 25 mulai viral kan, 26 kami sudah menurunkan tim, kami sebutnya BAP atau pemeriksaan terkait dengan apa sih penyebab kematiannya," ungkap.
Sample organ dari anak harimau itu, menurut Irawan sudah dikirim tim dokter hewan ke laboratorium primata di Institut Pertanian Bogor (IPB). Untuk hasil nekropsi, belum keluar.
Meski Alshad menyebut ada tujuh harimau yang mati, sari catatan BBKSDA Jabar ada enam ekor laporan kematian harimau yang diterimanya dari sejak 2021, 2022 dan 2023 ini.
"(Total) enam sama yang sekarang yang sudah dilaporkan. Dan memang seperti itu kewajibannya, teman-teman penangkar itu yang memiliki izin penangkaran wajib melaporkan izin kelahiran sama yang mati. Ada kami laporannya semua," jelas Irawan.
BBKSDA Jabar memastikan, jika Alshad mengantongi izin penangkaran di rumahnya sesuai dengan aturan yang diberlakukan dalam Permenhut Nomor 19 Tahun 2005.
Untuk menangkarkan harimau salah satu pernyataan utama yahg harus dipenuhi yakni memiliki kandang yang layak untuk tempat tinggal satwa tersebut.
"Jadi memang, semua perorangan lembaga, atau koperasi itu boleh memberi izin untuk memelihara satwa, nanti kami akan lihat dan melakukan evaluasi, betul tidak dia memiliki kandang, dia memiliki surat segala macam, itu di Permenhut 19 tahun 2005 itu jelas sekali syaratnya, jika seseorang ingin memelihara satwa tersebut," paparnya.
Dari catatan BBKSDA Jabar, untuk di Jawa Barat hanya Alshad yang memiliki izin penangkaran untuk memelihara harimau di rumah pribadi.
"Di Jabar kan hanya Alshad yang punya izin seperti ini. Kebun binatang ada tapi yang izin penangkaran seperti ini ada di Alshad salah satunya. Dia PT namanya Taman Satwa Eksotik, Alshad sebagai manajernya dan perusahaan boleh memiliki itu dengan izin yang ketat," tuturnya.
Terpisah, Kasi KSDA Wilayah III Bandung Halu Oleo mengatakan, hasil peninjauan ke kediaman Alshad masih ada empat individu harimau di rumah Alshad.
"Individu yang ada, ada empat, dewasa 3, anak 1 dari Esan dan Jinora, Cinora anaknya Esan dan Jinora. Satu lagi harimau putih," kata Halu dikonfirmasi via sambungan telepon, Jumat (28/7).
Surat Terbuka Alshad Ahmad
Mengutip dari detikHot, Alshad menegaskan kematian Cenora bukanlah karena virus. Suadara dari Raffi Ahmad itu telah membuat surat terbuka terkait kematian Cenora.
Surat terbuka yang dibuat Alshad itu ditujukan kepada warganet (netizen) yang menudingnya sebagai pembunuh Cenora. Alshad pun geram dengan tudingan itu.
Berikut surat terbuka Alshad yang disampaikan melalui Instagram Stories miliknya:
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Melalui surat terbuka ini, terlebih dahulu saya menyampaikan ucapan terima kasih dari hati yang paling dalam kepada seluruh masyarakat atas semua perhatian termasuk saran maupun kritik yang disampaikan kepada saya terkait peristiwa kematian Cenora yang terjadi beberapa hari lalu.
Kematian Cenora adalah hal yang sama sekali tidak pernah saya harapkan, dan telah menimbulkan kesedihan serta duka yang sangat mendalam bagi saya. Walaupun sebelumnya saya sudah berusaha semaksimal untuk melakukan berbagai upaya pengobatan kesembuhan Cenora, namun kematian Cenora ternyata tetap tidak dapat dihindarkan.
Sampai saat ini saya masih menunggu hasil dari laboratorium dan analisa dokter untuk mengetahui penyebab pasti kematian dari Cenora. Oleh karena itu saya sangat berharap agar asumsi, spekulasi maupun polemik yang terjadi terkait penyebab kematian Cenora tersebut dapat dihentikan sambil menunggu keluarnya hasil uji laboratorium dan analisa dokter.
Pada prinsipnya saya tidak keberatan dengan kritik yang ditujukan pada saya. Namun demikian saya melihat dari sejumlah besar kritik tersebut, ternyata ada sebagian yang disampaikan secara proporsional dan tanpa memperhatikan aspek kebenaran maupun kaidah etika. Pada akhirnya sebagian dari kritik yang disampaikan kepada saya tersebut menurut saya sudah bukan lagi merupakan bentuk kritik melainkan telah menjadi tuduhan atau fitnah yang sangat kejam dan merugikan nama baik saya. Hal ini antara lain mengenai adanya sejumlah pernyataan atau komentar yang secara terang-terangan telah menuduh atau memfitnah saya sebagai "PEMBUNUH" Cenora.
Merupakan hal yang sangat menyakitkan bagi saya apabila dituduh atau difitnah sebagai "PEMBUNUH" Cenora. Dalam peristiwa kematian Cenora ini, saya adalah pihak yang paling terpukul dan yang mengalami kesedihan paling mendalam, secara khusus karena selama ini saya yang menyaksikan sendiri kehidupan Cenora sejak awal kelahirannya sampai dengan akhir hidupnya. Saya sangat menaruh perhatian dan menyayangi Cenora sepanjang hidupnya. Akan tetapi terjadinya peristiwa kematian Cenora adalah di luar kehendak saya, di luar kemampuan saya, dan di luar kendali saya.
Tanpa bermaksud mengesampingkan faktor penyebab kematian Cenora, namun kematian seperti ini bukanlah hanya pernah terjadi di lingkungan penangkaran milik saya saja, melainkan juga sudah pernah terjadi di sejumlah tempat lainnya, antara lain di sejumlah kebun binatang atau tempat penangkaran lainnya, bahkan di luar negeri. Mengenai hal ini dapat dilihat fakta kebenarannya dalam sejumlah pemberitaan media online luar negeri.
Oleh karena itu melalui kesempatan ini saya meminta kepada siapa saja yang telah menyampaikan tuduhan atau fitnah seperti yang saya sebutkan di atas, agar dalam waktu secepatnya segera menghentikan dan menghapus tuduhan atau komentar tersebut, serta tidak lagi melakukan hal yang sama di kemudian hari, semata-mata untuk tidak menyebabkan berkembangnya polemik yang tidak produktif, dan juga untuk mencegah adanya upaya atau langkah hukum yang dapat ditempuh terhadap pihak-pihak yang menyampaikan tuduhan atau fitnah tersebut.
Kemudian, Alshad menyebutkan penengkarannya sudah memiliki izin. Alshad juga mengklaim sering memberikan penyuluhan soal kelayakan penangkaran.
"Adapun mengenai sejumlah hal lainnya, antara lain mengenai legalitas atau perizinan serta kelayakan lokasi penangkaran milik saya, sudah beberapa kali saya sampaikan, baik melalui media online maupun media sosial milik saya, sehingga tidak perlu lagi saya sampaikan dalam surat terbuka ini," jelasnya lagi.
detikcom sudah berupaya menghubungi pihak Alshad Ahmad untuk meminta penjelasan lebih lanjut, tapi belum ada jawaban mengenai hal tersebut. Alshad Ahmad sejauh ini terus membagikan perkembangan informasi soal penyebab bayi harimaunya mati di media sosial.
(wip/yum)