Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) menyambut baik teknologi hasil riset peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB), bekerja sama dengan United State Forest Services International Program (USFS-IP). Teknologi yang dinamai i-tree ini dinilai dapat membantu menjaga hutan di wilayah Jabar.
Diketahui i-tree mampu mengidentifikasikan data vegetasi satu kawasan hutan secara digital, sehingga mempermudah dalam menyusun kebijakan.
"Ini harus kita dukung, karena bisa menjadi fondasi bagi kita untuk melakukan pendekatan penghitungan nilai tinggi dari hutan dengan potensi nilai ekonomi dari karbon," ujar Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jabar Dodit Adrian Pancapana dalam keterangan tertulis, Kamis (27/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut ia sampaikan saat diseminasi 'Urban Forest i-tree Research Project' di Kota Bandung, Rabu (26/7) kemarin.
Menurut Dodit, para rimbawan atau penjaga hutan tidak bisa lagi menggantungkan hidup dari hasil penebangan pohon yang seharusnya dilestarikan. Dia pun menyarankan agar menggali potensi lain dari hutan yang belum dieksplor dan dimanfaatkan, serta memiliki nilai lebih tinggi.
"Rimbawan itu tidak bisa lagi mengandalkan dari penebangan pohon yang seharusnya dilestarikan. Dengan hasil penelitian ini kita bisa mendapat gambaran hasil hutan yang lain seperti carbon trading yang bisa dimanfaatkan," jelas Dodit.
Sementara itu, Ketua Peneliti IPB DR. Kaswanto memaparkan teknologi i-tree bisa memastikan secara digital data tentang potensi hutan dengan tepat dan menyeluruh. Mulai dari jenis dan usia pohon, oksigen yang dihasilkan, hingga serapan karbon oleh hutan.
Dari penelitian di tiga hutan kota di Bandung yaitu Taman Hutan Raya Juanda, Taman Hutan Maluku, dan taman Hutan Babakan Siliwangi, kata dia, teknologi i-tree terbukti dapat mengetahui potensi hutan.
"Dari mulai jenis pohon, baik yang eksotik maupun endemik, potensi berapa oksigen yang dihasilkan dan berapa besar serapan karbon yang bisa diserap," kata Kaswanto.
Kaswanto mengatakan hasil dari gambaran tersebut dapat dipakai para pemangku kebijakan dalam mengelola dan memanfaatkan hutan kota. Tidak hanya untuk kepentingan pelestarian lingkungan di masa depan, tetapi juga untuk ekonomi.
"Dari hasil penelitian yang kita lakukan, akhirnya kita menyampaikan lima rekomendasi yaitu, pendataan, penggunaan teknologi digital untuk database, penguatan kapasitas komunitas, pemantauan secara real time dan sistem yang berkelanjutan," pungkas Kaswanto.
(akn/ega)