Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mulai membuka latar belakang keluarga besarnya yang punya garis keturunan Nahdlatul Ulama (NU). Dalam beberapa kesempatan, Ridwan Kamil bicara jika dirinya juga memiliki latar belakang NU.
Seperti dalam pernyataannya saat menanggapi gugatan dari pimpinan Ponpes Al-Zaytun Panji Gumilang. Ridwan Kamil mengatakan jika dia merupakan cucu dari seorang Panglima Hizbullah NU, yakni KH Muhyiddin.
Baca juga: 'Duel' Panji Gumilang Vs Ridwan Kamil |
Pria yang akrab disapa Kang Emil ini juga seringkali menceritakan tentang kisah patriotisme sari sosok kakeknya tersebut, yang merupakan seorang ulama besar di Kabupaten Subang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain ulama besar, KH Muhyiddin atau juga dikenal dengan nama Mama Pagelaran adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan. Perjuangan KH Muhyiddin bahkan sudah diakui dan menjadi pahlawan nasional.
"KH Muhyiddin, seorang pahlawan yang di era kolonial membela, bertempur, melawan Belanda, kemudian di era DI juga melawan DI/TII, di era PKI juga melawan PKI. Sehingga dalam definisi kiai pejuang, beliau adalah yang nyata memberikan jasa kepada republik ini," kata Kang Emil, Rabu (26/7/2023).
Kang Emil menuturkan, keturunan Mama Pagelaran sampai saat ini mengurus sembilan pesantren di Jawa Barat, termasuk diantaranya Pesantren Pagelaran yang merupakan salah satu pondok pesantren tertua di Jawa Barat.
"Kebetulan para keturunannya mengurusi sekarang sembilan pesantren, tentunya pesantren yang Ahlussunnah wal Jama'ah yang tentunya terdepan mewarisi nasihat wasiat selalu dalam agama Islam dan membela NKRI," ujarnya.
Sementara itu, Ketua PWNU Jawa Barat KH Juhadi Muhammad menuturkan kadar NU Ridwan Kamil lahir dari silsilah atau nazab dengan KH Muhyiddin. "Benar (Ridwan Kamil) NU," ucap Juhadi.
Meski tidak mengetahui secara pribadi, menurutnya pesantren peninggalan KH Muhyiddin diketahui menerapkan Aswaja. Menurutnya Aswaja adalah aliran keagamaan yang diikuti oleh mayoritas umat Islam Indonesia, khususnya Nahdlatul Ulama.
"Beliau (Ridwan Kamil) sering menyampaikan kakeknya itu Panglima Hizbullah, dan memang pesantren peninggalan kakeknya mengajarkan Aswaja," tuturnya.
KH Muhyiddin sendiri lahir di Garut pada 1878. Dia adalah ulama yang memiliki jalan dakwah menantang penjajahan. Bahkan akibat terlalu vokal mengajak rakyat melawan kolonialisme Belanda, pada 1939, dia sempat dipenjarakan.
Setelah Indonesia merdeka, KH Muhyiddin membentuk pasukan Hizbullah Pagelaran yang terdiri dari santri, alumni, jamaah pengajian hingga masyarakat Subang. Pasukan itu terlibat dalam penyergapan konvoi tentara NICA di Ciater bersama BKR pada 1946.
KH Muhyidin kemudian mendirikan Pondok Pesantren Pagelaran. Semua itu berawal ketika dirinya pada tahun 1900-an diminta oleh Bupati Sumedang Pangeran Wiriakusumah, untuk datang memberi edukasi agama kepada masyarakat.
Kemudian di tahun 1910, KH Muhyiddin berdiam di wilayah Cimalaka dan mendirikan Pesantren Cimalaka. Baru 10 tahun berikutnya, KH Muhyiddin mendirikan Pesantren Pagelaran di tempat terasing di Subang sebelum meninggal dunia di tahun 1973 pada usia 97 tahun. Dia kemudian dimakamkan di Cimeuhmal, Subang.
(bba/dir)