Di akhir tahun ini, fenomena El Nino bakal terjadi di Indonesia. Beberapa daerah di Tanah Air pun harus bersiap dengan musim kemarau panjang dan suhu udara yang perbedaannya lebih signifikan antara siang dan malam.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, dalam keterangannya memprediksi ancaman El Nino akan mengalami puncak pada Agustus-September. Lalu apa itu El Nino? Bagaimana dampak dan penanganannya? Berikut penjelasannya dirangkum detikJabar dari laman dan keterangan resmi BMKG.
Apa Itu El Nino?
El Nino adalah pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal. Pemanasan ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di beberapa wilayah, sehingga El Nino identik dengan kondisi kekeringan terutama untuk wilayah Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memiliki nama ilmiah El Nino-Southern Oscillation (ENSO), istilah El Nino sebetulnya berasal dari bahasa Spanyol yang artinya 'anak laki-laki'.
ENSO adalah siklus suhu permukaan laut hangat dan dingin dari Samudra Pasifik tropis tengah dan timur. El Niño disertai dengan tekanan udara tinggi di Pasifik barat dan tekanan udara rendah di Pasifik timur.
Negara-negara yang paling terdampak ialah negara yang bergantung pada pertanian dan perikanannya, khususnya yang berbatasan dengan Samudra Pasifik. Fase El Niño sebetulnya diketahui terjadi hampir empat tahun, tapi menurut catatan siklus tersebut telah berlangsung antara dua dan tujuh tahun.
Ada salah satu fakta unik dalam fase El Nino. Awalnya, El Nino digunakan untuk menandai kondisi arus laut hangat tahunan yang mengalir ke arah selatan di sepanjang pesisir Peru dan Ekuador saat menjelang natal. Kondisi ini dinamai oleh para nelayan Peru sebagai El Nino de Navidad yang disamakan dengan nama Kristus yang baru lahir.
Tiga Fase El Nino
Kekuatan setiap El-Nino tidak selalu sama. Intensitasnya dikategorikan menurut besarnya penyimpangan suhu muka laut. Perubahan tekanan udara tersebut terbaca melalui Indeks osilasi selatan atau SOI (Southern Oscillation Index).
SOI merupakan suatu nilai yang menunjukkan telah terjadi peristiwa El-Nino atau tidak. BMKG mengklasifikasikan intensitas El Nino menjadi tiga kategori berdasar SOI-nya, yaitu:
- El Nino Lemah: indeks SOI 0.5-1.0 minimal 3 bulan berturut-turut
- El Nino Moderat: 1.0-2.0 minimal 3 bulan berturut-turut
- El Nino Kuat: >2.0 minimal 3 bulan berturut-turut
Dampak El Nino
El Nino memiliki dampak yang beragam dalam lingkup skala global. Beberapa negara di kawasan Amerika Latin seperti Peru, saat terjadi El Nino akan berdampak pada meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut.
Sedangkan di Indonesia, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memprediksi fenomena ini akan berdampak pada ketersediaan air hingga produktivitas pangan di sejumlah daerah. Puncak ancaman El Nino di Indonesia terjadi pada Agustus-September.
Sebagian wilayah di Indonesia akan terdampak fenomena El-Nino. Air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan, awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia. Hal ini berarti Indonesia mengalami peningkatan risiko kekeringan.
Namun, wilayah Indonesia dipengaruhi oleh dua samudera dan topografinya yang bergunung-gunung di khatulistiwa. Sehingga ada kemungkinan satu wilayah mengalami kekeringan, sementara daerah lain mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi. Artinya bukan berarti seluruhnya serempak kering, ada di sela-sela itu yang juga mengalami bencana hidrometeorologi basah.
Beberapa daerah di Jawa Barat sudah mulai terdampak El Nino. Seperti di kawasan perkotaan Ciamis pada Selasa (25/7/2023) yang dingin dan berkabut tebal. Fenomena ini menandakan awal masuk kemarau kering El Nino.
Sementara itu, suhu udara di kota Bandung juga sedang dingin-dinginnya. Fenomena suhu dingin ini terjadi beberapa hari ke belakang, disebabkan karena Bandung mulai memasuki puncak musim kemarau. Kondisi suhu terasa lebih dingin ini diprediksi terjadi hingga akhir Agustus 2023.
Dalam keterangan yang diterima, menurut BMKG suhu di Bandung terendah mencapai 17 derajat Celsius pada tanggal 18 Juli 2023. Kemudian, mencapai 20 derajat Celsius pada tanggal 16 Juli 2023. Sementara itu, di Lembang Kabupaten Bandung Barat (KBB), suhu terendah sempat mencapai 15,4 derajat Celsius.
Suhu dingin ekstrem memang cenderung berpeluang terjadi saat musim kemarau, yakni pada malam hari. Saat musim kemarau, pada siang hari, terik sinar matahari maksimal karena tidak ada tutupan awan. Akibatnya permukaan bumi menerima radiasi yang maksimal pula. Dampaknya adalah suhu minimum atau udara dingin yang ekstrem di malam hingga dini hari.
Penanganan Dampak El Nino
El Nino akan membuat musim kemarau berpeluang lebih lama terjadi di wilayah Bandung Raya. El Nino diperkirakan akan berdampak pada musim kemarau yang lebih panjang dan kering dari biasanya pada semester kedua di tahun 2023 ini.
Jumlah curah hujan akan membuat musim kemarau menjadi lebih kering dibandingkan kondisi klimatologisnya. Sehingga pada puncak musim kemarau, masyarakat perlu lebih siap menghadapi bencana hidrometeorologis yang mungkin terjadi. Berikut beberapa langkah penanganan dampak El Nino yang bisa dilakukan masyarakat dan Pemerintah setempat:
1. Bijak Menghemat Air
Masyarakat tidak boleh boros air bersih jika tak ingin terancam kekeringan saat musim kemarau yang akan datang di akhir tahun ini. Maka masyarakat sedari dini harus bisa lebih bijak terkait penyimpanan air. Hal ini bisa dilakukan dengan gerakan memanen air hujan atau melakukan manajemen air bersih serta melakukan hemat air.
Masyarakat dan pemerintah harus dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya.
2. Pemerintah Harus Siap Stok Pangan
Perlu beberapa langkah aksi dan antisipasi dini untuk mengurangi dampak terjadinya potensi kekeringan, kekurangan air bersih, hingga gagal panen. Dampak lainnya yakni potensi kebakaran hutan dan lahan terutama di wilayah atau provinsi yang rentan dan sering terjadi kebakaran hutan dan lahan hingga antisipasi terkait produksi pangan dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional.
3. Persiapan Bencana Kekeringan
Masyarakat dan pemerintah harus waspada potensi bencana hidrometeorologi. Tingkatkan kewaspadaan terhadap potensi kejadian bencana hidrometeorologi seperti angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran hutan dan lahan.
4. Persiapan Kesehatan
Peralihan musim ini membuat suhu udara tak menentu. Siang hari boleh terasa panas, namun malam dan pagi hari terasa sangat dingin. Maka, masyarakat perlu menyiapkan diri dengan menggunakan jaket, atau selimut di malam hari dan selalu menjaga stamina tubuh sehingga terhindar dari berbagai potensi penyakit.
Nah itulah tadi penjelasan mengenai El Nino dan dampaknya terutama di wilayah Jawa Barat. Semoga bermanfaat ya detikers!