Holidin (68) warga Dusun Karanganyar, Desa Purbahayu, Kecamatan Pangandaran menaruh harapan besar dengan profesinya sebagai nelayan. Sebelumnya, Holidin bekerja sebagai petani.
Meskipun sudah kepala 6, bapak 2 anak ini tetap ingin bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga hingga sekolahkan anak untuk gelar sarjana.
"Saya akan tetap kerja sampai dua anak kembar saya lulus kuliah. Lumayan buat bantu mereka bayar biaya kuliah," kata Holidin kepada detikJabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya bekerja sebagai nelayan itu hanya nyambi untuk kerjaan lainnya sehari-hari sebagai petani.
"Kalau gak kerja ekstra gini, gimana mau biaya anak sekolah hingga perguruan tinggi mas," ucap Hilidin sambil mengusap keringat.
Ia menanamkan pentingnya pendidikan kepada kedua anaknya karena menginginkan anaknya lebih baik.
"Saya hanya ingin anak saya lebih baik dari saya. Saya petani dan nelayan. Berharap anak mah jadi bos atau pengusaha," katanya.
Kendati demikian, kata Holidin, bekerja sebagai nelayan memang kadang untung rugi bisa didapat.
"Kalau saya kan kuli mas, bantu narik jaring arad ya sehari bisa dapat Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. Itupun kalau masa panen," katanya.
Sebagai kuli tarik jaring arad, Holidin hanya menerima 40 persen dari hasil ikan yang ditangkap dibagi 5 orang hingga 8 orang.
"Jadi pembagiannya gini. Untuk yang punya alat 50 persen dan yang narik kebagian 40 persen," katanya.
Dalam sehari Holidin menyebutkan menebar jaring sebanyak 6 kali tebar. Artinya menurut Holidin, sehari bisa bekerja 12 jam dari pagi hingga sore. "Kan kalau nebar jaring sejauh 1 km membuthkan waktu 30 menit dan nariknya 1 jam," kata dia.
"Ya sekali narik dapat 50 kg, tapi itu pun tidak murni ikan, kadang banyak sampahnya," sambungnya.
Holidin mengatakan ikan yang didapatkan dari hasil jaring arad hanya ikan kecil seperti layur, pepetek, udang rebon ataupun bagad. "Kecual kalau lagi panen, ada ikan dadawa dan ikan besar lainnya," ucapnya.
(tya/tey)