Ragam berita di Jawa Barat (Jabar) tersaji untuk pembaca detikJabar hari ini, beberapa diantaranya memantik perhatian dari banyak pembaca.
Mulai dari mahasiswi yang nekat membuang bayinya di Sukabumi, komentar BMKG soal cuaca di Bandung yang dingin, babi hutan yang serbu permukiman warga di Ciamis dan MUI soal kehadiran aktivis Yahudi ke Ponpes Al-Zaytun.
Berikut rangkuman yang di susun dalam Jabar Hari Ini:
Mahasiswi Sukabumi Ditangkap gegara Buang Bayi
Baru-baru ini warga Sukabumi digegerkan oleh penemuan sesosok bayi yang digantung di atap belakang indekos. Kini terungkap bayi itu diduga dibuang oleh perempuan berstatus mahasiswi.
Adalah SRN (21), mahasiswi asal Desa Langensari, Kecamatan Sukaraja tega membuang buah hatinya sesaat setelah dilahirkan. SRN sempat mengelak perbuatannya itu hingga mengakui saat diperiksa oleh aparat kepolisian.
"(Pekerjaan terduga pelaku) pelajar atau mahasiswi," kata Kasi Humas Polres Sukabumi Kota Iptu Astuti Setyaningsih kepada detikJabar, Jumat (21/7/2023).
Kapolsek Kebonpedes Resor Sukabumi Kota Iptu Tommy Ghanhany Jayasakti mengatakan, sejak awal pihaknya sudah menaruh curiga pada SRN. Diketahui, terduga pelaku juga ada di TKP penemuan bayi bersama dengan warga lainnya. Pelaku bersama pacarnya bahkan sempat menginap di kos-kosan saksi.
"Waktu itu belum terungkap, karena semua warga nggak tahu bahwa dia buang bayi tapi ada di TKP pengakuannya. Yang bawa ke rumah sakit saksi Fitri (35) dia (pelaku) ikut pakai motor. Jadi nggak punya rasa berdosa," kata Tommy.
Lebih lanjut, saat menginap di kosan wilayah Kampung Ciseke, Desa Cikaret, Kebonpedes, saksi tak menaruh curiga pada pelaku. Menurutnya, pelaku saat itu mendatangi kosan saksi untuk meminta pembalut.
"Menginap di kosan Fitri. Justru dia (Fitri) nggak tahu, pas datang itu minta pembalut ngakunya sedang haid. Jangankan Fitri, orang tuanya saja nggak tahu dia hamil," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga akan memeriksa pacar terduga pelaku. "Pacarnya belum (diperiksa) karena nggak ada mengarah ke dia memerintahkan untuk membuang tapi pasti akan kita periksa," katanya.
Kata BMKG Soal Suhu di Bandung Terasa Dingin
Akhir-akhir ini suhu di Kota Bandung terasa sangat dingin. Namun warga Bandung diminta untuk tak panik dan tetap waspada terhadap potensi bencana.
"Kepada masyarakat Bandung Raya, khususnya Jawa Barat, tetap waspada dengan kondisi cuaca, jangan terlalu panik dengan hal-hal el nino, yang penting kita selalu waspada dengan situasi atau lokasi dan kebencanaan di lingkungan kita, sehingga kita bisa memitigasi jika terjadi bencana atau kondisi yang tidak diinginkan," ujar Kepala BMKG Stasiun Bandung Teguh Rahayu, Jumat (21/7/2023).
Dia menuturkan kondisi dingin di Bandung ini salah satu penyebabnya karena sudah memasuki puncak musim kemarau. Selain mewanti-wanti soal cuaca dingin, pihaknya juga mengingatkan agar masyarakat mewaspadai potensi kekeringan.
"Kekeringan kondisinya lemah dan moderat, tapi dibeberapa titik masih ada curah hujan, kemungkinan kalau pun defisit air hujan sehingga ada kekeringan tentunya ada antisipasi dengan memanage pola penyimpanan air dan menjaga lingkungannya," jelas Ayu.
Antisipasi kekeringan di musim kemarau ini, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan instansi lain untuk menyampaikan kondisi perkembangan cuaca di Jawa Barat.
Sementara itu, Kepala stasiun Klimatologi Jabar Rakhmat Prasetia mengatakan, jika saat ini sudah terjadi musim kemarau di Jawa Barat. Puncak musim kemarau bakal terjadi di Bulan Agustus mendatang.
"Ini memang wilayah Jawa Barat sebagian besar sudah masuk kemarau, di mana angin timuran sudah dominan, ketika angin timur sudah dominan maka angin Timur yang menyertai suhu kita saat ini," kata Rakhmat.
Meski sudah memasuki musim kemarau, menurut Rakhmat jika curah hujan masih terpantau di wilayah Jawa Barat. Namun, intensitasnya terus menurun, salah satunya di pesisir utara Jabar.
"Pertengahan ini kekuatan masih lemah, ketika lemah nanti beberapa wilayah di Jabar terutama di pesisir utara jumlah curah hujan akan sedikit berkurang," ujarnya.
Pelajar Cianjur Korban Perundungan, Pelaku Ditangkap!
Sejumlah pelajar SMP di Yayasan Terpadu di Kabupaten Cianjur menjadi korban perundungan dan kekerasan oleh seniornya. Bahkan korban ditendang saat melakukan push up.
Video aksi kekerasan itu pun viral usai tersebar di media sosial. Dalam video berdurasi 29 detik itu terlihat beberapa siswa tengah melakukan melakukan push up.
Di depan mereka terlihat tiga orang, yang terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan berdiri sembari memperhatikan mereka.
Tidak lama, salah seorang senior berseragam putih abu mendekati salah satu siswa yang push up kemudian menendangnya.
Terungkap aksi perundungan dan kekerasan itu terjadi di lingkungan Yayasan Riyadhul Huda di Desa Babakansari, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur.
Ketua Yayasan Pendidikan Terpadu Ponpes Riyadhul Huda Obi Baehaki, mengatakan aksi kekerasan tersebut terjadi beberapa hari lalu di lingkungan sekolah.
Namun, Obi membantah jika hal tersebut merupakan perpeloncoan dalam kegiatan MPLS, tetapi merupakan tindakan pendisiplinan siswa.
"Informasi di media sosial kan itu perpeloncoan dalam kegiatan MPLS. Kami tegaskan itu bukan MPLS, tetapi pendisiplinan bagi siswa. Karena siswa tersebut merupakan siswa yang seringkali telat dan tidak ikut aturan," ucapnya, Jumat (21/7/2023).
"Karena yang dipush up itu siswa SMP dan yang menjadi pembina itu seniornya yang sudah SMK," tambahnya.
Tidak lama kemudian, IB, siswa SMK yang melakukan perundungan dan tindak kekerasan terhadap sejumlah siswa SMP di Yayasan Pendidikan Terpadu Riyadhul Huda di Desa Babakansari, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur diamankan polisi. Pelaku yang merupakan siswa kelas XII itu dijemput di sekolahnya pada Jumat (21/7/2023) siang.
"Pelaku sudah dibawa ke Mapolres Cianjur untuk dimintai keterangan. Termasuk korban dan orangtua korban juga dipanggil ke Polres. Pihak sekolah pun ikut dimintai keterangan," ucap Kapolsek Sukaluyu AKP Yayan Suharyana saat ditemui di Yayasan Riyadhul Huda.
Menurutnya dari hasil pemeriksaan sementara, diketahui aksi tersebut bukan merupakan perpeloncoan saat kegiatan MPLS, tetapi merupakan tindakan disiplin pada siswa yang melanggar aturan.
Namun tindakan disiplin tersebut diwarnai dengan aksi kekerasan yang tidak dibenarkan.
"Alasan pihak sekolah itu kegiatan disiplin. Tapi ternyata tidak hanya sanksi, juga ada aksi kekerasa berupa penendangan. Tentu itu tidak dibenarkan, karena tidak boleh ada tindak kekerasan apapun, terlebih di lingkungan pendidikan," kata dia.
Di sisi lain, Ketua Yayasan Pendidikan Terpadu Ponpes Riyadhul Huda Obi Baehaki mengatakan, aksi kekerasan tersebut terjadi beberapa hari lalu di lingkungan sekolah.
"Informasi di media sosial kan itu perpeloncoan dalam kegiatan MPLS. Kami tegaskan itu bukan MPLS, tetapi pendisiplinan bagi siswa. Karena siswa tersebut merupakan siswa yang seringkali telat dan tidak ikut aturan," ucapnya.
"Karena yang dipush up itu siswa SMP dan yang menjadi pembina itu seniornya yang sudah SMK," tambahnya.
Obi mengatakan, sanksi push up tersebut sudah merupakan kesepakatan bersama. Namun aksi penendangan tersebut memang tidak dibenarkan dan terjadi karena pembina siswa itu tersebut emosi melihat kelakuan dari para siswa yang melanggar.
"Saksi itu sudah kesepakatan. Yang melanggar secara terus menerus sudah siap dihukum. Tapi memang untuk aksi penendangan itu tidak dibenarkan. Sudah kami tanyakan ke yang bersangkutan, katanya tersulut emosi. Tapi tetap kami juga tidak benarkan aksi tersebut," kata dia
(sya/mso)