Cerita di Balik Rombongan Pengantin 'Tak Berujung' di Sumedang

Cerita di Balik Rombongan Pengantin 'Tak Berujung' di Sumedang

Nur Azis - detikJabar
Rabu, 19 Jul 2023 12:30 WIB
Pernikahan viral di Sumedang.
Pernikahan viral di Sumedang (Foto: Istimewa).
Sumedang -

Acara pernikahan pasangan muda mudi di Kabupaten Sumedang menyedot perhatian netizen. Pasalnya, rombongan seserahan pengantin pria yang jumlahnya kurang lebih mencapai seribuan orang.

Hal itu sebagaimana video yang dibagikan oleh akun TikTok @acaraweddingplanner.wo belum lama ini. Dalam video itu disebutkan bahwa jumlah rombongan seserahan pengantin pria mencapai 1.000 orang.

Jumlah rombongan itu ternyata nyaris benar adanya. Hal itu setelah detikJabar mewawancarai kedua mempelai, yaitu Egi Ginanjar Saputra (26) dan Mia Siti Nuraeni (25) di Dusun Cikopo, Desa Jatimekar, Kecamatan Situraja, Kabupaten Sumedang atau di rumah orang tua Mia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Iya memang benar itu acara pernikahan kami yang digelar pada hari Selasa, 11 Juli 2023," ungkap Mia dengan didampingi suaminya Egi, Rabu (19/7/2023).

Mia mengatakan, jumlah rombongan pengantin pria kurang lebih berjumlah 800 orang. Namun, jika ditotalkan dengan jumlah tamu undangan lainnya hingga memasuki siang hari maka akan mencapai seribuan lebih.

ADVERTISEMENT

"Kedua belah pihak keluarga sebelumnya memang sudah sepakat untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan jumlah tamu yang akan datang sebanyak itu," terang Mia.

Ternyata bukan hanya pada saat acara resepsi pernikahan, saat acara pertunangan untuk jumlah rombongan calon pengantin pria diketahui hingga mencapai sekitar 200 orang. Saat itu, hal itu pun sebelumnya telah diberitahukan oleh pihak mempelai pengantin pria.

"Ibu mertua memang sebelumnya sudah mengabarkan untuk jangan aneh jika pada saat acara tunangan atau pernikahan untuk jumlah tamu yang antar bakalan banyak karena kalau di Desa Pamulihan kalau warganya ada yang nikah, dari uyut, kakek, nenek, cucu suka pada ingin ikut," ungkap Mia.

Calon pengantin pria diketahui berasal dari Desa Pamulihan, Kecamatan Situraja atau tetangga desa dari mempelai pengantin perempuan.

Usut punya usut ternyata rombongan tersebut semuanya memiliki hubungan saudara dengan mempelai pengantin pria. Pemandangan acara pernikahan seperti itu pun sudah menjadi hal biasa atau menjadi tradisi bagi warga Desa Pamulihan.

"Jadi memang kalau dari pihak suami, hal itu sudah menjadi tradisi bahwa warganya guyub, sauyunan dan bergotong royong karena sadulur-dulur, semuanya memiliki hubungan saudara," terangnya.

Acara penikahan Mia dan Egi cukup meriah terlebih lantaran status keduanya dalam keluarga cukup spesial. Mia diketahui adalah anak bungsu dari pasangan Nono Taryono (67) dan (alm) Unangsih (55). Sementara Egi adalah anak tunggal dari pasangan Apong Wacah (49) dan (alm) Agus Mulyana (50).

Kedua mempelai melangsungkan acara pernikahan dengan menerapkan adat Sunda. Acara tersebut digelar di sebuah tanah lapang di samping rumah orang tua Mia lengkap dengan tenda dan pelaminan yang didekorasi sedemikian rupa.

"Acara pernikahan dilangsungkan cukup meriah lantaran kalau dari keluarga saya, kalau dalam Sunda itu istilahnya ngetrukeun kanyut kundang karena saya kan anak bungsu, sementara kalau dari keluarga suami, Egi itu anak tunggal," paparnya.

Nono Taryono selaku orang tua dari Mia mengaku bahagia bahwa acara pernikahan anaknya dapat berjalan lancar. Namun, ia pun tidak menyangka bahwa acara pernikahan anaknya bisa sampai viral seperti sekarang.

"Kalau saya pribadi awalnya tidak tahu dan tidak mengharapkan acara nikahan anak saya bakal viral seperti sekarang ini, saya mah yang penting anak-anak bahagia dan selamat," ungkapnya.

Nono mengungkapkan bahwa tradisi keguyuban dari Desa Pamulihan patut dilestarikan. Ia pun menegaskan bahwa kesuksesan acara pernikahan yang telah dilangsungkan merupakan hasil kerjasama dari kedua belah pihak.

"Kalau tradisi rombongan seserahan banyak orang itu memang terkenalnya di Desa Pamulihan, kalau tradisi seserahan di Dusun Cikopo sendiri seperti pada umumnya. Dan tradisi keguyuban warga yang positif seperti itu memang patut dilestarikan," terangnya.

(mso/mso)


Hide Ads