Kabupaten Indramayu dikenal sebagai Kota Mangga. Namun di balik itu, wilayah yang berada di pantai utara ini juga dikenal sebagai produsen padi terbesar di Jawa Barat.
Bukti Indramayu sebagai lumbung padi terbesar di Jabar ini merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan data, produksi padi di Kabupaten Indramayu terus meningkat. Seperti dilihat detikJabar, Selasa (27/6/2023), tahun 2020 lalu produksi padi atau Gabah Kering Giling (GKG) mencapai 1.363.311,87 ton.
Produksi itu sempat menurun di tahun 2021. Penurunan jumlah mencapai 43,687.87 Ton dari tahun sebelumnya. Yaitu hanya berkisar 1319624,00 ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Kabupaten Indramayu tetap menjadi wilayah unggulan dalam produksi padi di Jawa Barat. Bahkan, di tahun 2022 lalu, jumlah produksi padi sudah mencapai 1482255,86 ton per tahun.
Selain Indramayu, tingkat produksi tinggi kedua d Jawa Barat berada di Kabupaten Subang dan Karawang. Produksinya sudah mencapai satu juta Ton per tahun.
Peningkatan jumlah produksi itu salah satunya disebabkan karena luas lahan panen tanaman padi semakin bertambah.
Pada tahun 2020 yang luas panen tanaman padi menurut data BPS di Kabupaten Indramayu yang mencapai 226626 hektare, produksi padinya bisa mencapai 1.363.311,87 ton per tahun.
Penambahan luas panen tanaman padi di Kabupaten Indramayu pun semakin meningkat di tahun berikutnya. Yaitu pada tahun 2021 tercatat mencapai 227051 hektare dan tahun 2022 sekitar 245329 hektare.
Sementara, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Indramayu mencatat produksi padi di musim tanam pertama atau MT1 tahun 2022/2023 mencapai 941.520,72 ton Gabah Kering Panen (GKP). Dengan total luas tanam 127.267 hektare dan luas panen mencapai 125.322 Hektare.
Penghitungan produksi itu menggunakan sistem ubinan di setiap Kecamatan di Indramayu. Dengan hasil rata-rata produksi mencapai 7,513 ton per hektare.
Kepala Bidang Tanaman Pangan DKPP Indramayu, Imam Mahdi menjelaskan peningkatan jumlah produksi itu dipengaruhi berbagai faktor mulai dari pemilihan bibit hingga ketersediaan air yang cukup.
"Pertama penggunaan varietas unggul, kemudian kedua kesuburan lahan atau penggunaan pupuk, kemudian air. Air juga harus tersedia walaupun padi bukan termasuk tanaman air tetapi padi juga butuh air," kata Imam Mahdi.
(dir/dir)