Hulu DAS Citarum Jadi Tempat Favorit Elang

Hulu DAS Citarum Jadi Tempat Favorit Elang

Wisma Putra - detikJabar
Selasa, 27 Jun 2023 07:00 WIB
Elang Jawa koleksi Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) yang disimpan di kandang display edukasi. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Elang Jawa koleksi Pusat Konservasi Elang Kamojang (PKEK) yang disimpan di kandang display edukasi. (Foto: Wisma Putra/detikJabar)
Bandung -

Pengamat burung sekaligus Guru Besar Etnobiologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Johan Iskandar mengatakan, kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan habitat elang. Bahkan menurutnya tak jarang elang Jawa menampakkan diri di wilayah tersebut.

"DAS Citarum hulu masih banyak ditemukan, ada elang ular bido, elang hitam ciri khasnya sangat jelas hitam, ada juga elang Jawa yang mirip burung garuda," kata Johan via sambungan telepon, Senin (26/6/2023).

Menurutnya, habitat elang sebenarnya tinggal di hutan yang belum terjamah manusia atau hutan yang kondisi alamnya masih terjaga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Elang itu ditemukan di hutan yang kondisinya benar-benar baik, hutan masih bagus," tuturnya.

Dari pantauannya, Johan menyebut elang Jawa pernah ditemukan terbang di Kawasan PLTA Cisokan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

ADVERTISEMENT

"Elang Jawa, tercatat ditemukan di Cisokan yang dijadikan bendungan baru PLTA Cisokan, itu sekitar tahun 2020 dan 2021," tuturnya.

Selain itu, untuk jenis elang perairan seperti elang bondol menurut Johan, masih banyak ditemukan seperti di pinggir pantai, Pantai Jakarta dan Patai Utara Jawa Barat.

Johan menuturkan, kelestarian satwa ini harus dijaga. Pasalnya, elang hanya berkembang biak setahun sekali.

"Berkembang biak secara normal, tidak banyak, rata-rata dua telur, lain dengan burung pipit yang musim bertelurnya setiap bulan dan kalau ini ada musimnya dan berbiak di bulan tertentu," jelasnya.

Selain itu, elang merupakan satwa dilindungi yang keberadaannya harus dijaga. Menurut Johan, tak jarang dirinya kerap menemukan elang dijual di pasar burung.

"Perdagangan burung, gak menilai dilindungi atau tidak dilindungi. Itu karena tidak penindakan tidak tegas, bagi yang melanggar suka longgar," tuturnya.

"Saya sering melihat burung yang dilindungi tapi di pasar-pasar burung masih banyak. Misal burung jalak Bali, itu kan endemik, tapi kadang-kadang ada di pasar burung diperdagangankan, jenis elang juga, biasanya makin elang burungnya makin mahal harganya, bagi pedagang sangat senang karena harganya mahal," pungkasnya.

(wip/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads