Alarm berfungsi sebagai pengingat, salah satunya membangun kita dari tidur. Alarm begitu melekat dalam kehidupan sehari-hari.
Mengutip dari detikEdu, penelitian soal alarm juga dilakukan oleh beberapa ahli, salah satunya Melinda Jackson. Melinda merupakan peneliti senior di bidang tidur dan psikologi di Royal Melbourne Institute of Technology University di Australia.
Melinda mengungkapkan manusia memiliki dua proses biologis yang mendasari pola tidur dan membangunkan kita secara alami, yaitu homeostasis dan ritme sirkadian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Homeostasis ialah proses sinyal yang diatur oleh daerah hipotalamus di otak. Prinsip utama yang digunakan dalam proses ini adalah semakin lama kita terjaga maka semakin tinggi kebutuhan untuk tidur atau kemungkinan kita untuk tertidur.
"(Kemudian), ketika kita tidur, kebutuhan untuk tidur berkurang sepanjang malam (yang menandakan kapan saatnya untuk bangun)" tambahnya.
Ritme sirkadian ialah proses paralel yang mengatur fase kantuk dan kewaspadaan dalam sehari, juga dikendalikan oleh sel-sel di hipotalamus.
Selain itu, proses ini juga dipengaruhi oleh cahaya dan kegelapan, sehingga periode kewaspadaan dan kantuk biasanya sesuai dengan cahaya pagi dan kegelapan malam.
Jackson mengungkap pada zaman sebelum ditemukannya alarm, kemungkinan orang akan bangun dengan dipicu oleh jumlah jam tidur yang terakumulasi dan dipadukan dengan sinar matahari terbit.
Sasha Handley, dosen senior dalam sejarah awal modern di University of Manchester melakukan penelitian terkait sejarah praktik tidur di Britania. Sasha menemukan fakta orang-orang pada era Kristen ini sering mengarahkan tempat tidur mereka ke arah timur, atau tempat matahari terbit.
Alasan mereka menempatkan tempat tidurnya mengarah pada timur adalah karena alasan keagamaan. Pasalnya, arah timur diyakini sebagai arah kedatangan Yesus saat kebangkitan-Nya. Namun, orientasi ini juga memungkinkan orang-orang bangun karena sinar matahari.
"Sekarang sulit membayangkan dunia pada masa itu, di mana pola tidur dan bangun sangat dipengaruhi oleh terbenam dan terbitnya matahari," ungkap Handley pada Live Science.
Selain alasan keagamaan, faktor alam juga dapat menjadi penyebab orang zaman dulu untuk bangun di pagi hari. Pasalnya, mereka tidak memiliki cara untuk membangun rumah suara kedap suara.
"Untuk masyarakat yang pada dasarnya berkebun sebelum revolusi industri, suara-suara alam mungkin sangat penting," jelas Handley.
Suara ayam berkokok dan suara sapi yang menunggu saat untuk diperah akan mengganggu tidur orang-orang. Selain itu, suara lonceng gereja juga berfungsi sebagai jenis jam alarm awal.
Handley berpendapat pada masa lampau, orang mungkin lebih termotivasi secara pribadi untuk bangun pada jam tertentu.
Penelitian yang dilakukan pada era awal Britania modern menunjukkan, jam-jam pagi dianggap sebagai waktu spiritual, di mana kedekatan seseorang dengan Tuhan dapat ditunjukkan dengan bangun pada waktu yang ditentukan untuk berdoa.
"Bangun tidur dengan cara terjadwal dianggap sebagai tanda kesehatan dan etika yang baik," jelas Handley.
"Ada semacam persaingan yang mendasari ini: Semakin awal bangun dari tempat tidur, semakin banyak kemampuan fisik yang dikaruniai oleh Tuhan," tambahnya.
Baca juga: Cara Kuno Polisi India untuk Berkomunikasi |
Era Alarm
Sayangnya, pada abad ke-17 dan ke-18, kemandirian dalam hal bangun tidur mungkin menjadi kurang penting dengan tersebarnya jam alarm rumah tangga pertama.
Jam tersebut dikenal sebagai jam lilin atau lantern clocks, yang digerakkan oleh beban internal yang akan memukul lonceng sebagai alarm.
Uniknya, pada sekitar tahun 1800-an, keluarga-keluarga kalangan atas di Britania akan mempekerjakan knocker-uppers, orang-orang bersenjata tongkat panjang yang digunakan untuk mengetuk jendela seseorang tanpa henti.
Namun, pengawas waktu manual tersebut secara bertahap digantikan dengan tersebarnya jam alarm murah pada tahun 1930-an dan 1940-an, pendahulu jam alarm yang kita kenal saat ini.
Artikel ini telah tayang di detikEdu. Baca selengkapnya di sini.