Cacing Pita Bikin Umur Semut Lebih Panjang

Kabar Internasional

Cacing Pita Bikin Umur Semut Lebih Panjang

Tim detikEdu - detikJabar
Minggu, 25 Jun 2023 22:00 WIB
red ant in nature, macro shot, ants are an animal working teamwork
Ilustrasi semut (Foto: Getty Images/iStockphoto/lamyai)
Jakarta -

Cacing pita atau parasit tentu merugikan makhluk hidup lainnya. Namun, dampak buruk itu tak berlaku bagi semut. Sebab, semut yang terinfeksi cacing pita dikenal dengan spesies Temnothorax nylanderi.

Mengutip dari detikEdu, semut spesies itu bisa terinfeksi cacing pita saat menggigit kotoran burung pelatuk, yang dijadikan sebagai larva muda. Setelah terinfeksi cacing pita atau Anomotaenia brevis, kondisi semut itu bakal beda dengan lainnya. Biasanya, cacing pita hidup dan mengganggu hidup makhluk lain.

Tapi, semut itu justru berakhir hidup tiga kali lebih lama dari semut lainnya pada spesies ini, sebagaimana dikutip dari Live Science. Mengapa demikian, berikut penjelasannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pompa Antioksidan

Fenomena ini diteliti oleh Susanne Foitzik, seorang ahli entomologi dan tim dari Universitas Johannes Gutenberg di Jerman. Ia menemukan cacing pita ini membuat usus semut terus memompa antioksidan dan protein lain ke dalam aliran darahnya.

Meskipun belum jelas apa efek kesehatan dari protein khusus ini, namun ada kemungkinan nyata bahwa cacing pita menjadi bagian dari yang membantu semut terinfeksi tetap bertahan hidup.

ADVERTISEMENT

Hal ini karena parasit tersebut tumbuh di tubuh burung pelatuk yang penting dalam menjaga inangnya tetap muda.

Hidup Lebih Lama

Apa yang terjadi pada semut-semut ini bukanlah parasit, namun semut yang terinfeksi bertahan sampai burung pelatuk datang.

Hal ini dibuktikan dalam penelitian ini yang mencatat bahwa semut Temnothorax yang terinfeksi cacing pita, bisa hidup dengan nyaman. Sebaliknya, semut yang tidak terinfeksi membayar kemalasan rekan-rekannya.

Sehingga, semut yang tidak terinfeksi terbebani dengan merawat yang terinfeksi hingga mati lebih cepat.

Para peneliti tidak menemukan tanda-tanda stres fisiologis pada semut-semut ini, namun para pekerja ini kurang memberikan perhatian penuh pada ratu mereka saat merawat yang terinfeksi dan menimbulkan masalah bagi koloni.

Karena semut yang terinfeksi terlihat sangat muda, para peneliti penasaran untuk mencari tahu apa yang membuat mereka hidup lebih lama.

Mereka membandingkan semut yang terinfeksi dan tidak terinfeksi dengan melihat kadar protein dalam hemolimf semut.

Bikin Malas

Menurut penelitian, protein cacing pita menyumbang porsi substansial dari protein yang mengalir melalui hemolymph adalah antioksidan.

Selain itu, protein lain yang ditemukan juga menjelaskan mengapa semut yang terinfeksi menjadi pemalas, yaitu protein vitellogenin-like A .

Itu tidak diproduksi oleh parasit namun oleh semut itu sendiri. Protein ini mengatur pembagian kerja dan reproduksi dalam masyarakat semut.

Pengaruh ke Gen Semut

Akhirnya para peneliti berasumsi bahwa protein ini entah bagaimana dapat memengaruhi perilaku semut dengan cara menipu orang lain untuk menyayangi mereka.

Namun yang belum jelas yaitu apakah cacing pita yang memanipulasi gen protein semut atau ini adalah produk yang dihasilkan oleh parasit secara tidak sengaja.

Foitzik mengungkapkan bahwa kemungkinan perbedaan kasta dalam semut mengendalikan gen diferensial, membajak jalur pengaturan yang ada, sebelum membuat semut-semut ini melebihi ratu karena parasit.

Namun, peneliti mengatakan sulit untuk membuktikan parasit mampu memanipulasi tubuh semut, yang dijadikan sebagai respons penyerbu. Hingga kini penelitian dilakukan untuk mempelajari protein parasit untuk memahami bagaimana parasit dapat memengaruhi perilaku, penampilan, dan berumur panjang.

Artikel ini telah tayang di detikEdu. Baca selengkapnya di sini.

(sud/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads