Pagi itu, suasana ramai di Pasar Baru, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu tampak seperti biasanya. Hilir mudik pengunjung atau pembeli kerap terlihat diantara kios yang berjajar.
Tidak terkecuali terlihat seorang pria di pojokan kios tengah duduk diantara tumpukan bungkus plastik. Ia terlihat sibuk membungkus arang batok kelapa.
Tangan dan kaki Jaja (39) pun tampak hitam saat mengemas arang batok kelapa. Setiap harinya, Jaja mengaku bisa mengemas 5 Kwintal arang batok kelapa ke dalam plastik dengan berat 2 Kilogram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya dari pagi sampai sore kadang bisa mengemas sampai 5 Kwintal arang," kata Jaja saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
Profesi ini sudah ditekuni Jaja sejak tiga tahun terakhir. Ia mengaku, mengemas arang sebagai aktivitas tambahannya di kala penumpang sedang sepi. Sehari-hari nya, Jaja biasa mangkal di pinggir jalan dengan becaknya.
"Seminggu paling 4 kali cuma mengemas produk aja. Itu pun kalau penjualan arang lagi bagus," ujarnya.
Tanpa sarung tangan Jaja tampak terampil membungkus dan menimbang tumpukan arang di depannya. Meski sesekali ia pun mendengar nasihat orang akan resiko atas pekerjaannya.
Ia pun sadar bahwa asap dan abu dari sisa arang itu bisa masuk ke pernapasan. Namun, Jaja tetap memilih bekerja tanpa memakai masker agar lebih nyaman.
"Dampak nya memang gak tahu kerja begini, kan dari asapnya bisa masuk ke pernapasan tapi Alhamdulillah sampai 3 tahun ini tidak ada gejala apa-apa. Dulu mah pakai masker tapi kurang nyaman," jelas Jaja.
Keluarga menjadi satu alasannya untuk tetap bekerja keras. Dengan aktivitas itu Jaja mengaku bisa menghidupi kebutuhan istri dan biaya sekolah kedua anaknya yang kini sedang menempuh tingkat SMP dan PAUD.
Dari hasil mengemas arang, Jaja bisa meraup Rp130 Ribu per harinya. Berbeda dengan pendapatan hasil becaknya yang hanya di kisaran Rp70 Ribu.
"Kalau becak dapat Rp70 Ribu juga udah maksimal. Kan sekarang mah udah banyak yang pakai kendaraan pribadi. Bahkan sampai pernah kepikir untuk berhenti membecak," ujar pria asal Desa Terusan, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu itu.
"Sing penting mangkat (yang penting berangkat)," kalimat motivasi Jaja sebelum menutup obrolannya.
(dir/dir)